PENGUKURAN ANTROPOMETRI
A. JUDUL PRAKTIKUM
PENGUKURAN ANTROPOMETRI
B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Untuk mengetahui penilaian status gizi secara antropometri
2. Untuk mengetahui pengukuran tebal lipatan kulit (% body fat)
3. Untuk mengetahui pengukuran Rasio Lingkah Pinggang dan Panggul (WHR)
C. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Antropometri merupakan salah satu metode yang dapat dipakai secara universal untuk mengukur ukuran, bagian dan komposisi dari tubuh manusia. Hal ini dapat mencerminkan kesehatan dan kesejahteraan dari masyarkat, sehingga antropometri dapat juga digunakan untuk prediksi performa, kesehatan, dan daya tahan hidup. Selain itu, aplikasi antropometri mencakup berbagai bidang karena dapat dipakai untuk menilai status pertumbuhan, status gizi dan obesitas.
Perhitungan ini merupakan periode puncak tumbuh kembang yang ditandai dengan percepatan pertumbuhan dan pematangan global, sehingga masa saat ini dapat menjadi salah satu indikator profil kesehatan pada masa lanjut kelak. Salah satu metode untuk menilai adalah dengan mengukur persentase lemak tubuh dan rasio lingkar pinggang dan panngul. Lemak tubuh terdiri dari lemak subkutan (lemak dibawah kulit) dan lemak abdomen (lemak daerah perut).
Pada tahap independensi yaitu tahap dimana kita bisa memilih makanan apa saja yang disukai, bahkan tidak berselera lagi makan bersama keluarga di rumah. Aktivitas yang banyak dilakukan di luar rumah membuat seorang sering dipengaruhi teman. Pemilihan makanan tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi tetapi sekedar bersosialisasi, untuk kesenangan dan supaya tidak kehilangan status.
Perubahan gaya hidup memiliki pengaruh signifikan terhadap kebiasaan makan. Kitamenjadi lebih aktif, lebih banyak makan diluar rumah dan lebih banyak pengaruh dalam memilih makanan yang akan dimakan. Kita juga lebih suka mencoba-coba makanan baru, salah satunya adalah fast food yang tentunya kebanyakan mengandung lemak tinggi dan tidak lagi memperhatikan keseimbangan gizi.
Masyarakat dengan pengetahuan gizi yang rendah akan mempengaruhi kebiasaannya dalam konsumsi fast food. Pengetahuan gizi yangrendah dapat menyebabkan masyarakatmengkonsumsi fast food tanpa memperhatikan kandungan gizi yang terdapat di dalamnya dan mengkonsumsi fast food dengan alasan rasanya yang enak. Zat gizi dan pertumbuhan mempunyai hubungan yang sangat erat. Asupan zat gizi yang berlangsung secara optimal maka pertumbuhan potensialnya akan terpenuhi atau berlangsung optimal pula.
Oleh karena itu, perlu kiranya melakukan praktikum pengukuran antropometri kali ini dengan pengukuran tebal lipatan kulit (WHR) dan raso lingkar pinggang serta panggul yang menjadi indikasi penyakit degeneratif apa yang menyerang atau yang akan beresiko bagi masyarakat. Adapun penyakit degeneratif yang menyerang masyarakat dengna kandungan lemak tinggi yakni obesitas, hipertensi, stroke, bahkan serangan jantung.
Upaya perbaikan status gizi akan lebih efektif jika merupakan bagian dari kebijakan penanggulangan kemiskinan dan pembangunan SDM. Membiarkan masyarakat menderita masalah gizi ditambah dengan minimnya peran tenaga ahli kesehatan akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan dalam hal pengurangan angka kemiskinan, morbiditas dan mortalitas. Kita sebagai tenaga ahli kesehatan masyarakat terkait perlu memahami problem masalah status gizi dan dampak yang ditimbulkan yang ditimbulkan.
Dengan berbagai alasan di atas hal inilah yang melatar belakangi perlunya praktikan melakukan praktikum pengukuran antropometri ini. Diharapkan setelah melakukan praktikum, praktikan dapat mengetahui status gizi masyarakat berdasarkan rasio lingkar pinngang dan panggul serta tebal lipatan kulit sehingga menjadi indikator resiko penyakit degeratif tertentu. Dengan praktikum ini pula nantinya dapat mengidentifikasi permasalahan kesehatan masyarakat dan tenaga ahli kesehatan masyarakat dapat menyelesaikan permasalahan kesehatan serta melaksanakan program-program pencegahan dan penanganan masalah gizi sehingga nantinya dapat mengurangi angka morbiditas dan motalitas terkait status gizi danmembantu pemerintah dalam menyukseskan program kesehatan serta masyarakatpun dapat memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
2. Tinjauan Teori
a) Tebal Lipatan Kulit
Tubuh manusia terdiri dari dua bagian utama yaitu adiposa (simpanan lemak) dan jaringan bebas lemak (lean tissue). Secara konseptual, aringan bebas lemak sangat aktif dalam proses metabolisme, sedangkan adiposa adalah aringan yang fungsi utamanya adalah sebagai cadangan energi (Almatsier, 2011).
Salah satu teknik pengukuran lemak tubuh adalah dengan menggunakan skinfold caliper. Hal ini digunakan untuk memantau cadangan lemak tubuh dan melihat tingkat obesitas seseorang. Dan adapun beberapa asumsi yang digunakan mengapa skinfold adalah pengukuran yang baik untuk lemak bawah kulit adalah (Almatsier, 2011):
a) Skinfold adalah pengukuran yang baik untuk mengukur lemak bawah kulit.
b) Distribusi lemak bawah kulit adalah sama untuk semua individu termasuk jenis kelamin.
c) Ada hubungan antara lemak bawah kulit dan total lemak tubuh.
d) Jumlah dari beberapa pengukuran skinfold dapat digunakan untuk perkiraan total lemak tubuh.
Pengukuran skinfold umumnya digunakan pada anak umur remaja ke atas, umumnya jumlah lemak dibedakan menurut jenis kelamin. Cara melakukannya pengukuran, kulit di cubit dengan dua jari, caliper diletakkan tegak lurus pada lipatan kulit yang tercubit, sekitar 1 cm di atasj ari, kemudian penahan caliper dilepas sehingga menepit lipatan kulit, pembacaan skala baru boleh dilakukan setelah 2 detik. Pengukuran setidaknya dilakukan sebanyak 2 kali, jika pengukuran ke-2 lebih dari 1 mm, pengukuran harus diulangi. Pengukuran sebaiknya dilakukan ketika kulit sedang tidak berkeringat, karena kulit yang basah akan menyebabkan pengembangan lemak dan kulit dan begitu hasil pengukuran akan lebih besar(Almatsier, 2011)..
Meskipun kelihatannya mudah, teknik pengukuran lipatan kulit ini harus dipraktikan terlebih dahulu sebelum pengukuran yang sesungguhnya dilaksanakan, pengukur harus mengenal alat ukur dan titik-tik petunjuk pada tubuh. Dan adapun sumber kesalahan pengukuran dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor tersebut adalah keterampilan teknik pengukur, jenis skinfold caliper yang digunakan, faktor subek yang diukur dan rumus yang digunakan untuk memperkirakan lemak tubuh (Markum, 1991).
Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit(skinfold) dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya padambagian lengan atas (biceps dan triceps), lengan bawah (forearm), tulang belikat (subscapular), di tengah garis ketiak (midaxillary), sisi dada (pectoral), perut (abdominal), paha (suuprailiaca), tempurung lutut (suprapatellar), dan pertengahan tungkai bawah (medial calf) (Markum, 1991).
Semua pengukuran tebal lemak bawah kulit sebaiknya konsisten di sisi kiri badan dan diukur tiga kali. Tebal lemak bawah kulit merupakan salah satu indeks antropometri yang digunakan dalam pengukuran status indeks antropometri untuk mengukur status gizi. Pengukuran tebal lemak bawah kulit biasanya digunakan untuk memperkirakan jumlah lemak dalam tubuh (Markum, 1991).
Lemak diukur secara absolut dalam kg dan secara relatif dalam % terhadap berat tubuh total. Jumlah lemak tubuh sangat bervariasi ditentukan oleh jenis kelamin dan umur. Ketebalan lipatan kulit adalah suatu pengukuran kandungan lemak tubuh karena sekitar separuh dari cadangan lemak tubuh total terdapat langsung dibawah kulit (Supariasa, 2002).
Rumus menghitung tebal lemak bawah kulit (Supariasa, 2002) :
• Laki-laki 18-27 tahun
Db= 1,0913 – 0,00116 (trisep + scapula)
% BF= [(4,97/Db) – 4,52] x 100
• Wanita 18-13 tahun
Db= 1,0897 – 0,00133 (trisep + scapula)
%BF= [(4,76/DB) – 4,28] X 100
Klasifikasi Standar Pengukuran Tebal Lipatan Bawah Kulit (Supariasa, 2002).
Klasifikasi
|
Laki-laki
|
Wanita
|
Lean
|
< 8%
|
< 13%
|
Optimal
|
8 – 15%
|
14 – 23%
|
Slighty overfat
|
16 – 20%
|
24 – 27%
|
Fat
|
21 – 24%
|
28 – 32%
|
Obesitas
|
25%
|
33%
|
Ketebalan lipatan kulit adalah suatu pengukuran kandungan lemak tubuh karena sekitar separuh cadangan lemak tubuh total terdapat langsung dibawah kulit. Pengukuran tebal lipatan kulit merupakan salah satu metode penting untuk menentukan komposisi tubuh serta persentase lemak tubuh dan untuk menentukan status gizi cara antropometri(Supariasa, 2002)..
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan prosedur tindakan adalah pengukuran sebaiknya jangan dilakukansetelah subek melakukan latihan fisik atau perlombaan, mandi sauna, berenang atau mandi, selama latihan fisik, atau kondisi yang menyebabkan hiperemia karena dapat meningkatkan ketebalan lipatan kulit. Selain itu dehidrasi juga dapat menyebabkan peningkatan tebal lipatan kulit akibat perubahan turgidity kulit (Supariasa, 2002)..
Lemak telah teridentifikasi sebagai komponen kunci yang menghubungkan jaringan adiposa dan aktivitas simpatik. Tingginya simpanan lemak viseral dalam tubuh meningkatkan produksi leptin dan leptin tersebut mampu merangsang sistem simpatis. Peningkatan sympathetic nervous system (SNS) memicu produksi renin demikian pula peningkatan sodium. Stimulasi simpatis ginjal jangka panjang oleh leptin mengakibatkan peningkatan tekanan darah, melalui aktivitas konstriksi dan peningkatan reabsorbsi natrium ditubulus ginjal. Selain itu leptin akan menstimulasi sitokin profibriogenik di ginjal yang diaugmentasi oleh angiotensin II. Hal tersebut berperan dalam peningkatan tekanan darah (Suliha, 2001).
Adapun resiko yang ditimbulkan apabila melebihi ambang batas normal (Suliha, 2001). :
• Resistensi insulin
Resistensi insulin sering ditemukan pada orang dengan adipositas viseral yang tinggi dan biasanya berakumulasi menjadi obesitas sentral. Berbeda dengan jaringan adiposa subkutan, sel-sel adiposa viseral yang meningkat mampu melepaskan asam lemak bebas dan menghasilkan sejumlah besar sitokin pro-inflamasi seperti tumor necrosis factor-alpha (TNF-a), interleukin-1 dan interleukin-6 serta produk lain dari metabolisme jaringan adiposa. Pada banyak model eksperimental, sitokin proinflamasi ini sangat mengganggu aksi normal insulin dalam lemak dan sel-sel otot.
• Diabetes melitus tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 merupakan kelainan metabolik yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang tinggi. Adipositas viseral terkait dengan akumulasi lemak dalam hati dan dikenal sebagai penyakit hati berlemak non-alkohol. Hasil dari penyakit hati berlemak non-alkohol yang berlebihan adalah pelepasan asam lemak bebas ke dalam aliran darah (karena meningkatnya lipolisis) dan peningkatan produksi glukosa hepatik, yang keduanya mempunyai efek memperburuk resistensi perifer insulin dan meningkatkan kecenderungan diabetes melitus tipe 2.
• Adenoma kolorektal
Adenoma kolorektal diketahui terkait dengan obesitas, namun hubungan antara resistensi insulin dan adenoma kolorektal, yang mendasari mekanisme yang menghubungkan obesitas dan adenoma kolorektal, belum dipelajari secara ekstensif.
b) WHR (Rasio lingkar pinggang dan panggul)
Pengukuran rasio lingkar pinggang dan panggul yang menghasilkan indeks tinggi harus memperhatikan penyebabnya karena simpanan lemak atau otot torso yang berkembang. Jadi perlu diukur tebal lipatan kulit abdomen untuk mengetahuinya. Tujuan pengukuran lingkar pinggang dan panggul adalah untuk mengetahui resiko tinggi terkena penyakit DM II, kolesterol, hipertensi, dan antung (Anggraeni, 2012).
Lingkar pinggang diukur di indentasi terkecil lingkar perut antara tulang rusuk dan krista iliaka, subek berdiri dan diukur pada akhir ekspirasi normal dengan ketelitian 0,6 cm menggunakan pitameter. Lingkar pinggul diukur pada penonolan terbesar, biasanya di sekitar pubic sympisis, subek berdiri diukur menggunakan pitameter dengan ketelitian 0,1 cm (Anggraeni, 2012).
Banyaknya lemak dalam perut menunukan ada beberapa perubahan metabolisme, termasuk terdapat insulin dan meningkatnya produksi asam lemak bebas, dibanding dengan banyanya lemak bawah kulit pada kaki dan tangan.Perubahan metabolisme memberikan gambaran tentang pemeriksaan penyakit yang berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak tubuh (Anggraeni, 2012).
Standar Resiko Penyakit Degeneratif Berdasarkan WHR Pada Enis Kelamin Dan Kelompok Umur(Anggraeni, 2012).
Enis
kelamin
|
Kelompok
Umur
|
Resiko
| |||
Low
|
Moderate
|
High
|
Very High
| ||
Pria
|
20-29
|
< 0,83
|
0,83-0,88
|
0,89-0,94
|
> 0,94
|
30-39
|
< 0,84
|
0,84-0,91
|
0,92-0,96
|
> 0,96
| |
40-49
|
< 0,88
|
0,88-0,95
|
0,96-1,00
|
> 1,00
| |
Wanita
|
20-29
|
< 0,71
|
0,71-0,77
|
0,78-0,82
|
> 0,82
|
30-39
|
< 0,72
|
0,72-0,78
|
0,79-0,84
|
> 0,84
| |
40-49
|
< 0,73
|
0,73-0,79
|
0,80-0,87
|
> 0,87
|
Lingkar pinggang adalah ukuran antropometri yang dapat digunakan untuk menentukan obesitas sentral, dan kriteria untuk Asia Pasifik yaitu ≥ 90 cm untuk pria,dan ≥ 80 cm untuk wanita. Lingkar pinggang dikatakan sebagai indeks yang berguna untuk menentukan obesitas sentral dan komplikasi metabolik yang terkait. Lingkar pinggang berkorelasi kuat dengan obesitas sentral dan risiko kardiovaskular. Lingkar pinggang terbukti dapat mendeteksi obesitas sentral dan sindroma metabolik dengan ketepatan yang cukup tinggi dibandingkan indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar panggul. Bila lingkar pinggang dan kadar trigliserida untuk mendeteksi sindroma metabolik, ditemukan lingkar pinggang ≥ 90 cm dikombinasikan dengan kadar trigliserida plasma puasa >150 mg/dl dapat mendeteksi penderita sindroma metabolik.Hal ini membuktikan bahwa pemeriksaan lingkar pinggang dapat digunakan sebagaipemeriksaan uji saring yang mudah, murah dan berguna untuk mendeteksi sindromametabolic (Anggraeni, 2012).
Seorang peneliti dari Swedia menemukan bahwa lingkar pinggang dapatdigunakan untuk mengukur resistensi insulin, dan dapat menjadi indikator yang baik untuk melihat apakah seseorang berisiko untuk terkena diabetes. Resistensi insulin merupakan suatu keadaan dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara baik. Bila dilakukan pemeriksaan darah, dapat ditemukan kadar gula darah yang lebihtinggi dari normal tetapi belum sampai menjadi diabetes. Keadaaan ini disebutsebagai pra-diabetes (Anggraeni, 2012).
Berdasarkan tujuan pengukuran antropometri, setidak-tidaknya ada lima hal penting yang mewakili tujuan pengukuran yaitu mengetahui kekekaran otot, kekekaran tulang, ukuran tubuh secara umum, panjang tungkai dan lengan, serta kandungan lemak tubuh di ekstremitas dan di torso. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk indeks, misalnya berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) atau berat badan menurut tinggi badan(BB/TB), lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U) dan sebagainya (Achadi, 2007).
Rasio lingkar pinggang terhadap panggul, pembagian ukuran lingkar pinggang dan panggul, ialah cara sederhana dalam penentuan distribusi lemak baik di bawah kulit maupun pada jaringan intra abdominal. Penggelembungan rasio pinggang dan panggul (pria > 1,0 dan wanita > 0,85) menandakan penumpukan lemak di dalam perut. Resiko yang diakibatkan oleh gumpalan lemak di dalam perut memang lebih tinggi dibandingkan timbunan di bawah kulit karena aliran darah di daerah itu lebih tinggi (Achadi, 2007).
Pembesaran ukuran mencerminkan perubahan resiko penyakit degeneratif, terutama kardiovaskuler, meskipun resiko yang kemudian mungkin berlanut tidak sama pada setiap populasi. Contohnya wanita kulit putih lebih kuat terkait dengan resiko diabetes melitus tipe 2 dibanding wanita kulit hitam. Dan rasio pinggang dan panggul ini berhubungan erat dengan penyakit kardiovaskuler. Rata-rata rasio lingkar pinggang dan pinggul penderita penyakit kardiovaskuler dengan orang sehat adalah 0,938 dan 0,925 (Achadi, 2007).
Lingkar pinggang yang melebihi normal menyebabkan tanda kegemukan, jadi merupakan faktor utama timbulnya penyakit- penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, penyakit jantung koroner, dan bahkan sekarang di hubungkan dengan kanker. Upaya memperkecil resiko makin parahnya penyakit dan menurunkan risiko komplikasi Diabetes mellitus, sejak awal kemungkinan timbulnya komplikasi kronis harus di cegah sehingga penderita dapat hidup sehat (Achadi, 2007).
Hal utama adalah dengan manejemen gaya hidup, di antaranya perencanaan makan, latihan jasmani, penyuluhan, obat hipoglikemik secara teratur, pengontrolan berat badan dan pemantaun mandiri kadar glukosa darah. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara ukuran lingkar pinggang dengan faktor resiko diabetes mellitus (kadar gula darah, tekanan darah dan indeks massa tubuh) pada usia dewasa awal dengan tujuan penelitian adalah menjelaskan hubungan lingkar pinggang dengan faktor resiko diabetes mellitus (kadar gula darah, tekanan darah dan indeks massa tubuh) pada usia dewasa awal (Soetjiningsih, 1998).
Tugas utama tenaga ahli kesehatan adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan yaitu setiap individu, keluarga dan masyarakat Indonesia tanpa meninggalkan upaya penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan dan perbaikan kualitas lingkungannya (Anggraeni, 2012).
Adapun program yang dilakukan masyarakat untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas yakni :
Program Nasional di bidang kesehatan :
a) Lingkungan sehat, s, dan pemberdayaan masyarakat
b) Upaya Kesehatan
c) Perbaikan Gizi Masyarakat
d) Sumber Daya Kesehatan
e) Obat, Makan dan Bahan Berbahaya
f) Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan
D. HASIL
E. PEMBAHASAN
Pengukuran tebal lipatan lemak serta rasio lingkar pinggang dan pinggul kali ini menggunakan dua probandus yang sama seperti praktikum sebelumnya, yakni pengukuran IMT. Hal ini dimaksudkan agar praktikan dapat membandingkan status gizi para probandus melalui berbagai pengukuran, sehingga praktikan dapat mengetahui status gizi para probandus melalui metode antropometri kali ini yang kemudian dibandingkan dengan standar normal. Adapun melalui hasil maka praktikan dapat mengetahui :
1. Probandus I
Dalam memantau resiko kegemukan adalah dengan mengukur lingkar pinggang. Ukuran lingkar pinggang yang baik yaitu tidak lebih dari 80 cm untuk perempuan. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui penyakit obesitas sentral pada lingkar pinggang dan pinggul probandus.
Parameter pengukuran yang digunakan adalah lingkar pinggang dan panggul, dari hasil pengukuran lingkar pinggang probandus I wanita yaitu 64 cm serta lingkar panggul 78 cm. Dan apabila kita mengacu pada standar normal lingkar pinngang perempuan tidak lebih dari 80 cm. Hal ini menunukan bahwa probandus memiliki rasio lingkar pinggang dan panggul sebesar 0,820 yang tergolong normal bagi umur 19 tahun. Hal ini menunukan resiko untuk penyakit degeneratif obesitas sangat rendah.
Standar Resiko Penyakit Degeneratif Berdasarkan WHR Pada Enis Kelamin Dan Kelompok Umur
Enis
kelamin
|
Kelompok
Umur
|
Resiko
| |||
Low
|
Moderate
|
High
|
Very High
| ||
Pria
|
20-29
|
< 0,83
|
0,83-0,88
|
0,89-0,94
|
> 0,94
|
30-39
|
< 0,84
|
0,84-0,91
|
0,92-0,96
|
> 0,96
| |
40-49
|
< 0,88
|
0,88-0,95
|
0,96-1,00
|
> 1,00
| |
Wanita
|
20-29
|
< 0,71
|
0,71-0,77
|
0,78-0,82
|
> 0,82
|
30-39
|
< 0,72
|
0,72-0,78
|
0,79-0,84
|
> 0,84
| |
40-49
|
< 0,73
|
0,73-0,79
|
0,80-0,87
|
> 0,87
|
Sedangkan, hasil dari tebal lipatan lemak setelah diakumulasikan dengan rumus menjadi 15,40%. Dengan kata lain, probandus berada pada batas normal atau optimal yakni sekitar 14 – 23 %. Adapun kalsifikasinya sebagai berikut :
Klasifikasi Standar Pengukuran Tebal Lipatan Bawah Kulit
Klasifikasi
|
Laki-laki
|
Wanita
|
Lean
|
< 8%
|
< 13%
|
Optimal
|
8 – 15%
|
14 – 23%
|
Slighty overfat
|
16 – 20%
|
24 – 27%
|
Fat
|
21 – 24%
|
28 – 32%
|
Obesitas
|
25%
|
33%
|
Namun, jika dilihat dari riwayat perhitungan IMT-nya pada praktikum sebelumnya, probandus termasuk underweught. Dan jika praktikan melihat langsung kondisi fisik probanuds, maka dapat dikatakan probandus harusnya mengalami kekurangan lemak. Hasil yang menunukan normal ini mungkin tidak dapat dijadikan patokan karena bisa jadi persebaran lemak di bawah kulit probandus tidak rata atau bahkan ada faktor pengganggu yang mengurasi keakuratan perhitungan misalnya adanya kain pakaian tebal yang menghalangi praktikan untuk melakukan pencapitan caliper.Tentu hasilnya pun akan lebih besar dibandingkan hasil sebenarnya.
Adapun saran bagi probandus dalam mempertahankan rasio lingkar pinggang dan pinggul serta tebal lipatan lemak adalah agar probanus tetap memperhatikan dan menjaga batas normal dari beberapa indikator obesitas terutama rasio lingkar pinggang dan pinggul yang merupakan salah satu indikator yang berhubungan dan berisiko pada peningkatan tekanan darah. Bagi probanuds disarankan untuk melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan obesitas dan overweight dengan cara melakukan program olahraga rutin senam 1-2 kali seminggu selama 30-60 menit.
2. Probandus II
Cara lain yang biasa dilakukan untuk menentukan resiko kegemukan adalah mengukur lingkar perut dan pinggang serta tebal lipatan lemak. Ukuran lingkar yang baik bagi laki-laki adalah kurang dari 90 cm. Hal ini dijadikan parameter apakah probandus II mengalami kegemukan di bagian perutna atau yang biasa disebut obesitas sentral.
Berdasarkan hasil, lingkar pinggang probandus II adalah 91 cm sedangkan untuk lingkar panggulnya 110 cm. Jika kita mengacu pada standar lingkar pinggang, maka probandus II mengalami obesitas sentral.
Standar Resiko Penyakit Degeneratif Berdasarkan WHR Pada Enis Kelamin Dan Kelompok Umur
Enis
kelamin
|
Kelompok
Umur
|
Resiko
| |||
Low
|
Moderate
|
High
|
Very High
| ||
Pria
|
20-29
|
< 0,83
|
0,83-0,88
|
0,89-0,94
|
> 0,94
|
30-39
|
< 0,84
|
0,84-0,91
|
0,92-0,96
|
> 0,96
| |
40-49
|
< 0,88
|
0,88-0,95
|
0,96-1,00
|
> 1,00
| |
Wanita
|
20-29
|
< 0,71
|
0,71-0,77
|
0,78-0,82
|
> 0,82
|
30-39
|
< 0,72
|
0,72-0,78
|
0,79-0,84
|
> 0,84
| |
40-49
|
< 0,73
|
0,73-0,79
|
0,80-0,87
|
> 0,87
|
Namun, apabila dilihat secara langsung keadaan dari probandus II ini, probandus mengalami obesitas sentral. Adanya perbedaan antara hasil perhitungan dan asumsi praktikan mungkin diakibatkan beberapa faktor antara lain kesalahan dalam memilih tempat untuk mengukur, atau bahkan probandus yang mencoba menahan nafas pada saat pengukuran dilaksanakan.
Sedangkan, untuk pengukuran tebal lipatan kulit didapat hasil yakni 12,80%. Bila kita melihat standar ukurannya maka probandus sudah termasuk optimal yakni sekitar 8 – 15% dan menujukkan bahwa probandus tidak mengalami obesitas atau normal.
Klasifikasi Standar Pengukuran Tebal Lipatan Bawah Kulit
Klasifikasi
|
Laki-laki
|
Wanita
|
Lean
|
< 8%
|
< 13%
|
Optimal
|
8 – 15%
|
14 – 23%
|
Slighty overfat
|
16 – 20%
|
24 – 27%
|
Fat
|
21 – 24%
|
28 – 32%
|
Obesitas
|
25%
|
33%
|
Hasil rasio lingkar pinggang dan pinggul serta tebal lipatan kulit probandus II ini tidak sesuai dengan status probandus pada perhitungan IMT pada praktikum sebelumnya dikarenakan perbedaan indikator yang digunakan untuk perhitungan. Tebal lipatan kulit yang menunukkan angka normal ini dapat juga disebabkan karena probandus yang banyak melakukan aktivitas fisik mengingat probandus II ini mengikuti bela diri dan melakukakan latihan secara berkala. Bisa saja postur tubuh yang terlihat besar pada probandus tersebut lebih pada massa otot, bukan massa lemaknya.
Untuk menghindari probandus mengarah pada obesitas maka praktikan menyarankan agar probandus selain melakukan pengaturan diet, biasakanlah menimbang badan untuk mengevaluasi usaha probandus dan sebagai kontrol status gizi probandus. Hal ini dapatmemberi efek yang tidak kalah besarnya dengan program diet itu sendiri. Begitu pula dengan berolahraga, lakukan dengan baik dan benar dan perbanyak frekuensinya dengan mengimbangi dengan konsumsi air mineral dengan seimbang dan mulai pola hidup sehat.
Pengukuran lingkar pinggang dan panggul ini sebenarnya lebih memiliki arti dibandingkat IMT dalam menentukan timbunan lemak di dalam rongga perut tercermin dari rasio lingkarnya. Namun apabila penyebaran lemaknya tidak merata pada daerah perut dan otot bisep serta scapulanya maka hal ini tida dapat diadikan indikator status gizi porbandus.
Selain itu, perbedaan WHR dan tebal lipatan kulit uga dibedakan atas jenis kelamin kedua probandus yang berbeda. Dimana pada kaum pria cenderung lebih besar dibanding perempuan dan hal ini disebabkan aktivitas fisik pria yang cenderung lebih aktif serta lebih memerlukan konsumsi makanan lebih banyak dibandingkan perempuan.
Adapun manfaat dari pengukuran antropometri kali ini, praktikan dapat mengetahui ukuran normal tebal lipatan lemak dan rasio lingkar pinggang dan pinggul untuk mengetahui status gizi masyarakat berdasarkan WHR dan % bodyfat yang lebih akurat dalam menentukan status gizi atau persebaran lema probandus dibandingkan dengan pengukuran IMT.
Namun, kesulitan dari pratikum kali ini adalah kendala probandus yang mengenakan pakaian yang terlalu tebal sehingga menghalangi praktikan dalam melakukan pratikum dan tidakdidapatnya perhitungan yang akurat. Pengukuran lipatan kulit pada subscapula juga agak sulit dilakukan karena area ini adalah area yang rawan geli dan pada saat pengukuran probandus lebih banyak bergerak dan hal ini memperlambat proses pengukuran.
Selain hal di atas, ada beberapa lagi faktor yang mempengaruhi perhitungan yakni ketelitian praktikan dalam membaca skala pada caliper serta keahlian atau keterampilan praktikan dalam mencubit lipatan kulit probandus, apakah yang dicubit tersebut kulit saja atau bahkan dengan ototnya. Keterbatasan alat caliper yang umlahnya hanya dua dan dipakai bergantian pun memperlambat proses praktikum.
Namun, berapa pun pertambahan berat badan dan menimbulkan obesitas, semua memiliki dampak buruk bagi kesehatan. Pasalnya, obesitas memicu beragam penyakit di dalam tubuh. Dikutip dari Times of India, setidaknya ada 10 penyakit yang muncul dari kondisi seseorang yang mengalami kegemukan:
1. Diabetes tipe 2. Banyak studi mengungkapkan obesitas berkaitan dengan risiko diabetes. Bahkan, jika sudah kena penyakit ini maka bisa menjalar untuk mengalami komplikasi penyakit yang lebih serius. Misalnya serangan jantung, stroke, kebutaan, gagal ginjal, hingga kerusakan saraf yang berujung amputasi.
2. Serangan jantung. Lemak dalam tubuh bisa menutupi pembuluh darah jantung dan menyumbatnya. Ini yang kemudian menyebabkan serangan jantung koroner.
3. Hipertensi. Orang gemuk cenderung memiliki tekanan darah tinggi. Hal ini bisa diatasi dengan mengurangi berat badan dan berolahraga.
4.Sleep apnea. Tandanya adalah sulit tidur nyenyak dan suka mengorok saat tidur. Ini adalah gangguan pernafasan yang membuat jalan udara seakan berhenti beberapa kali kala terlelap. Sleep apne dikaitkan dengan kemunculan hipertensi, gagal jantung, dan penyakit lainnya.
5. Asam urat. Orang obesitas empat kali lebih berisiko mengalami asam urat atau gout. Penyakit ini menyerang sendi yang diakibatkan tingginya kadar purin di daerah sendi. Sendi bisa bengkak, memerah, dan nyeri. Mengurangi berat badan bisa menjadi salah satu solusi.
6. Kolesterol tinggi. Kegemukan cenderung memicu tingginya kolesterol jahat (LDL) ketimbang kolesterol baik (HDL). Banyaknya kolesterol jahat menjadi penyebab penyakit kardiovaskular dan stoke.
7. GERD atau refluks asam. Obesistas meningkatkan refluks karena lemak perut memberikan tekanan pada cincin otot yang ada di bawah kerongkongan. Ukuran tabung cincin ini sekitar 10 inci yang menghubungkan tenggorokan ke perut. Dalam kondisi tidak obesitas, fungsinya mencegah kembalinya asam lambung ke kerongkongan.
8. Osteoarthritis. Kelebihan berat badan menyebabkan sendi mengalami tekanan berlebih untuk menopang tubuh. Akibatnya, dimungkinkan sendi mengalami osteoarthritis yang justru akan merusaknya dalam jangka panjang.
9. Kanker. Obesitas punya peran penting dalam pembentukan sel kanker secara aktif. Dan, risiko kanker yang kerap ditemui pada tubuh gemuk adalah kanker usus, payudara, dan tenggorokan.
10. Gagal jantung. Peningkatan indeks massa tubuh dikaitkan dengan peningkatan risiko gagal jantung.
Menurut perhimpunan Studi Obesitas Indonesia atau Indonesian Society for the Study of Obesity, penanganan kegemukan dilaksanakan berpedoman pada lima prinsip yaitu:
1. Motivasi
Sebelum memulai program penurunan berat badan, pertama-tama yang harus diubah adalah pola pikir dari orang gemuk. Motivasi menjadi kurus harus kuat tertanam di dalam dirinya, bukan sekedar ikut-ikutan karena misalnya baru saja membaca tulisan ini. Motivasi ini bis diperkuat dengan bergabung dalam kelompok mereka yang mempunyai program sama, berdiskusi dengan pakarnya, dan lain sebagainya. Biasanya dalam kelompok, para anggota bisa saling mengingatkan dan saling berkompetisi. Begitu pula dengan adanya pakar dalam kelompok tersebut, usaha yang dilakukan menjadi sistematik dan terarah.
2. Pengaturan Diet
Carilah makanan yang rendah kalori. Mulailah hari kita hanya dengan mengonsumsi setengah dari porsi makan Anda sehari-hari. Semua porsi yang kita makan dikurangi separoh. Itu saja. Jangan lupa pula membatasi makanan manis, asin, dan lemak. Tetapi harus diingat, jangan sampai kebablasan mengatasi kegemukan. Anjuran WHO, jumlah penurunan massa tubuh yang baik dan aman adalah sekitar setengah hingga 1 kg per minggu.
3. Pola Hidup Sehat
Selain pengaturan diet, biasakanlah menimbang badan Anda untuk mengevaluasi usaha Anda. Hal ini kelihatan sepele namun memberi efek yang tidak kalah besarnya dengan program diet itu sendiri. Begitu pula dengan berolahraga, lakukan dengan baik dan benar.
4. Terapi Kedokteran
Meskipun banyak obat-obatan yang ditawarkan agar bisa menjadi langsing, namun sebaiknya sebelum menggunakan obat-obatan, berkonsultasi dulu dengan dokter. Tanyakanlah bagaimana cara kerja, efek samping, atau bahaya jika obat tersebut secara berlebihan terdapat dalam tubuh. Obat yang cocok pada seseorang belum tentu cocok dan sesuai pada orang lain. Lagi pula, program penurunan berat badan tidak bisa hanya bergantung pada obat-obatan.
5. Pembedahan
Pembedahan berupa pengambilan lemak perut (omentum) dilakukan jika seseorang telah memiliki BMI sama atau lebih dari 40. Selain itu bisa juga dilakukan pada BMI kurang dari 35 jikalau telah memiliki penyakit yang bisa mengancam jiwa akibat berat tubuh berlebihan.
Program Pemerintah
Program Nasional di bidang kesehatan :
g) Lingkungan sehat,Perilaku sehat,dan pemberdayaan masyarakat
h) Upaya Kesehatan
i) Perbaikan Gizi Masyarakat
j) Sumber Daya Kesehatan
k) Obat, Makan dan Bahan Berbahaya
l) Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan
F. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum tentang “Perhitungan Antropometri” kali ini yang berdasarkan rasio lingkar pinggang dan pinggul serta tebal lipatan kulit, maka praktikan menyimpukan bahwa :
1. Rasio lingkar pinggang dan lingkar (WHR) panggul probandus I adalah 0,820 dan tergolong optimal sedangkan perhitungan aringan lunaknya yakni perhitungan tebal lipatan kulit(% bodyfat) yakni 15,40% dan termasuk normal.
2. Sedangkan rasio lingkar pinggang dan lingkar (WHR) panggul probandus I adalah 0,827 dan tergolong optimal mendekati obesitas sedangkan perhitungan aringan lunaknya yakni perhitungan tebal lipatan kulit (% bodyfat) yakni 12,80% dan termasuk normal.
G. DAFTAR PUSTAKA
Achadi, E.L. (2007). Gizi dan Kesehatan Masyarakat Edisi 1. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Almatsier, Sunita. (2011). Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Anggraeni, A C. (2012). Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogyakarta : Graha Ilmu
Markum A.H. (1991). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI
Soetjiningsih. (1998). Tumbuh Kembang Anak Edisi kedua. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Suliha, Uha. (2001). Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Jakarta : EGC
Supariasa. (2002). Penilaian Status Gizi Cetakan 1. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Komentar
Posting Komentar