KEBUTUHAN GIZI BALITA
A. JUDUL PRAKTIKUM
KEBUTUHAN GIZI BALITA
B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Untuk melakukan pemantauan gizi balita.
2. Untuk menghitung nilai energi pangan pada balita.
C. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kebutuhan serta peran gizi bagi tubuh manusia berbeda-beda. Hal ini tergantung dan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Yang diantaranya adalah karena faktor usia, jenis kelamin, pekeraan atau status dalam masyarakat, dan hal lain yang mempengaruhi kegiatan dan sirkulasi serta proses metabolisme dalam tubuh maupun proses pembuangannya.
Ciri anak sehat dapat dilihat dari segi fisik dan tingkah lakunya. Anak yang sehat akan merasa senang apabila diajak bermain, periang, mempunyai tubuh yang proporsional, dan penuh dengan semangat. Ia pintar bersosialisasi dengan yang lain. Kesehatan tubuh anak sangat erat kaitannya dengan makanan yang dikonsumsi.
Secara umum masalah gizi di Indonesia terutama Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan salah satu masalah kesehatan anak yang menjadi problem khusus. Angka kejadian tertinggi terjadi pada anak dibawah usia 5 tahun. Hal ini juga dikarenakan anak–anak berumur (0–5 tahun balita) adalah termasuk golongan masyarakat rentan gizi.
Konsumsi gizi yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak karena faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal menyangkut keterbatasan ekonomi keluarga sehingga uang yang tersedia tidak cukup untuk membeli makanan. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat didalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai problema makan pada anak.
Beberapa literatur mengungkapkan, bahwa penyebab yang mengakibatkan terjadinya kurang gizi pada balita adalah kurangnya pengetahuan orang tua akan bahan makanan yang bergizi serta tidak mengerti bagaimana cara memberi makan yang benar sehingga asupan gizi kurang. Ditunjang dengan kemiskinan keluarga, faktor kepadatan penduduk serta faktor sosial budaya dan infeksi.
Tingkat pendidikan atau pengetahuan ibu banyak menentukan sikap dan perilakunya dalam menghadapi berbagai masalah, misalnya dalam pemberian makanan pada anak antara lain meliputi kualitas makanan, kuantitas makanan, saat dan jadwal pemberian makanan serta cara memberikan makanan, termasuk didalamnya membujuk anak untuk makan. Kekurangan gizi pada anak balita sejak lahir hingga 3 tahun akan sangat berpengaruh terhadap kualitas sel otaknya. Gizi kurang pada usia dibawah 2 tahun akan menyebabkan sel otak berkurang 15 –20 %, sehingga anak yang demikian, kelak kemudian hari akan menjadi manusia dengan kualitas otak 80– 85 %, dan apabila nantinya harus bersaing dengan anak lain yang berkualitas otak 100 % akan menemui banyak hambatan.
Pengetahuan dan sikap ibu yang kurang tentang makanan bergizi, bisa terlihat dengan perilaku ibu yang tidak sesuai dengan kesehatan, diantaranya anak tidak diperbolehkan makan protein dari hewani jika ada luka, Ibu tidak mau atau kurang sabar didalam membujuk anak untuk mau makan. Bagi ibu yang habis melahirkan ada larangan makan dengan menggunakan lauk dari protein hewani dan tidak boleh makan sayur atau minum terlalu banyak, karena akan berakibat Air Susu Ibu akan berbau amis dan lukanya tidak cepat sembuh.
Banyaknya zat-zat tidak baik yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan sangat mempengaruhi kesehatan. Setiap ibu mendambakan seorang anak yang sehat, namun beberapa dari mereka tidak mengetahui mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi seorang anak agar dapat berkembang dengan baik. Mereka hanya menyediakan makanan, yang seharusnya menjadi sumber gizi bagi tubuh, dengan kurang berhati-hati. Beberapa faktor yang menyebabkan banyaknya masalah yang timbul mengenai gizi buruk pada balita adalah faktor ekonomi, lingkungan, dan ketidaktahuan orangtua. Keterbatasan ekonomi sering dijadikan alasan untuk tidak memenuhi kubutuhan gizi pada anak, sedangkan apabila kita cermati, pemenuhan gizi bagi anak tidaklah mahal, terlebih
lagi apabila dibandingkan dengan harga obat yang harus dibeli ketika berobat di Rumah Sakit.
lagi apabila dibandingkan dengan harga obat yang harus dibeli ketika berobat di Rumah Sakit.
Lingkungan yang kurang baik juga dapat mempengaruhi gizi pada anak, sebagai contohnya, seringnya anak jajan sembarangan di tepi jalan, karena melihat teman-temannya yang juga sedang jajan sembarangan. Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya justru membelikan makanan yang enak kepada anaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut mengandung gizi-gizi yang cukup atau tidak, dan tidak mengimbanginya dengan makanan sehat yang mengandung banyak gizi.
Oleh karena itu dalam mencegah kasus ini, praktikan dirasa perlu melakukan praktikum Kebutuhan Gizi Balita yang membahas mengenai kebutuhan dan uga pentingnya gizi bagi balita yang meliputi menghitung nilai energi pangan pada balita agar dapat memantau status gizi pada balita dan agar mencegah balita kekurangan gizi serta merubah persepsi gizi seimbang yang sesuai bagi balita itu seperti apa.
2. Tinjauan Teori
a. Mengenal Balita
Secara harfiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun, karena faal (kerja alat tubuh semestinya) bayi usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia diatas satu tahun, banyak ilmuwan yang membedakannya. Utamanya, makanan bayi berbentuk cair, yaitu air susu ibu (ASI), sedangkan umumnya anak usia lebih dari satu tahun mulai menerima makanan padat seperti orang dewasa (Beck, 2011).
Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu sampai dengan prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya. Balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan “ batita “ dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia “ prasekolah”. Batita sering disebut konsumen pasif, sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif (Beck, 2011).
b. Karakteristik Balita
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak balita diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih besar. Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering (Beck, 2011).
c. Karakteristik Usia Prasekolah
Pada usia prasekolah, anak menjadi konsumen aktif, yaitu mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Masa ini juga sering dikenal sebagai “ masa keras kepala “. Akibat pergaulan dengan lingkungannya terutama dengan anak-anak yang lebih besar, anak mulai senang jajan. Jika hal ini dibiarkan, jajanan yang dipilih dapat mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan bagi tubuhnya sehingga anak kurang gizi (Beck, 2011).
Perilaku makan sangat dipengaruhi oleh kedaan psikologis, kesehatan, dan sosial anak. Oleh karena itu, kedaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam pemberian makan pada anak agar anak tidak cemas dan khawatir terhadap makanannya. Seperti pada orang dewasa, suasana yang menyenangkan dapat membangkitkan selera makan anak (Beck, 2011).
d. Peran Makanan Bagi Balita
Peran makanan disini yakni makanan Sebagai Sumber Zat Gizi. Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat pembangun , dan zat pengatur (Fajar, 2002).
a) Zat tenaga
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak, dan protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih besar daripada orang dewasa (Fajar, 2002).
Energi dalam makanan berasal dari nutrisi karbohidrat, protein, dan lemak. Setiap gram protein menghasilkan 4 kalori, lemak 9 kalori dan karbohidrat 4 kalori. Distribusi kalori dalam makanan anak yang dalam keseimbangan diet (balanced diet) ialah 15% berasal dari protein, 35% dari lemak dan 50% dari karbohidrat. Kelebihan energi yang tetap setiap hari sebanyak 500 kalori, dapat menyebabkan kenaikan berat badan 500 gram dalam seminggu (Fajar, 2002).
Tabel Angka Kecukupan Energi Untuk Anak Balita
Golongan Umur
(Tahun)
|
Kecukupan Energi
|
Kal/kg BB hari
|
1
|
990
|
110
|
1-3
|
12oo
|
100
|
4-5
|
1620
|
90
|
Sumber : Soediaoetama, 2004
b) Zat pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang aus atau rusak (Marmi, 2013).
Nilai gizi protein ditentukan oleh kadar asam amino esensial. Akan tetapi dalam praktek sehari-hari umumnya dapat ditentukan dari asalnya. Protein hewani biasanya mempunyai nilai yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan protein nabati. Protein telur dan protein susu biasanya dipakai sebagai standar untuk nilai gizi protein(Marmi, 2013).
Nilai gizi protein nabati ditentukan oleh asam amino yang kurang (asam amino pembatas), misalnya protein kacang-kacangan. Nilai protein dalam makanan orang Indonesia sehari-hari umumnya diperkirakan 60% dari pada nilai gizi protein telur (Soediaoetama, 2004).
Tabel Angka Kecukupan Protein Anak Balita (gr/kgBB sehari )
Umur (Tahun)
|
Gram/hari
|
1
|
1,27
|
2
|
1,19
|
3
|
1,12
|
4
|
1,06
|
5
|
1,01
|
Sumber : Soediaoetama, 2004
c) Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai zat pengatur(Marmi, 2013).
- Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C ) maupun yang larut dalam lemak ( vitamin A, D, E, dan K ).
- Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour.
- Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.
Pada dasarnya dalam ilmu gizi, nutrisi atau yang lebih dikenal dengan zat gizi dibagi menjadi 2 macam, yaitu makronutrisi dan mikronutrisi. Makronutrisi terdiri dari protein, lemak, karbohidrat dan beberapa mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang besar. Sedangkan mikronutrisi (mikronutrient) adalah nutrisi yang diperlukan tubuh dalam jumlah sangat sedikit (dalam ukuran miligram sampai mikrogram), seperti vitamin dan mineral (Marmi, 2013).
Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah sangat kecil. Vitamin dibagi menjadi 2 kelompok yaitu vitamin yang larut dalam air (vitamin B dan C) dan vitamin yang tidak larut dalam air (vitamin A, D, E dan K). Menurut Soerdarmo dan Sediaoetama (1977), satuan untuk vitamin yang larut dalam lemak dikenal dengan Satuan Internasional (S.I) atau I.U (International Unit). Sedangkan yang larut dalam air maka berbagai vitamin dapat diukur dengan satuan milligram atau mikrogram (Marmi, 2013).
Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan, berperan dalam berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim (Nasution, 1987).
d) Lemak
Lemak merupakan komponen struktural dari semua sel-sel tubuh, yang dibutuhkan oleh ratusan bahkan ribuan fungsi fisiologis tubuh. Lemak terdiri dari trigliserida, fosfolipid dan sterol yang masing-masing mempunyai fungsi khusus bagi kesehatan manusia. Sebagian besar (99%) lemak tubuh adalah trigliserida. Trigliserida terdiri dari gliserol dan asam-asam lemak. Disamping mensuplai energi, lemak terutama trigliserida, berfungsi menyediakan cadangan energi tubuh, isolator, pelindung organ dan menyediakan asam-asam lemak esensial (Kartasapoetra, 1991).
Tabel Tingkat Kecukupan Lemak Anak Balita
Umur
|
Gram
|
0-5 bulan
|
31 gram
|
6-11 bulan
|
36 gram
|
1-3 tahun
|
44 gram
|
4-6 tahun
|
62 gram
|
Sumber : Kartasapoetra, 1991
e. Kebutuhan Gizi Balita
Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS)(Kartasapoetra, 1991).
1) Kebutuhan energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia (Kartasapoetra, 1991).
2) Kebutuhan zat pembangun
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil (Kartasapoetra, 1991).
Kebutuhan zat pengatur, kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia(Kartasapoetra, 1991).
f. Beberapa Hal Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi (Kartasapoetra, 1991)
Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima tahun (balita) adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka.
Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada anak Balita antara lain sebagai berikut :
1) Ketidaktahuan Akan Hubungan Makanan Dan Kesehatan
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang sungguhpun berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan anak balita.
Karena kurang pengetahuan dan keterampilan dibidang memasak menurunkan komsumsi anak, keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.
2) Prasangka Buruk Terhadap Bahan Makanan Tertentu
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapae menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.
3) Adanya Kebiasaan Atau Pantangan Yang Merugikan
Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan, ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu guna keperluan pertumbuhan tubuhnya.
Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil membuat anak sulit mendapat cukup protein. Beberapa orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan protein lainnya memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena diare malah dipuasakan (tidak diberi makanan).
4) Kesukaan Yang Berlebihan Terhadap Jenis Makanan Tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.
5) Jarak Kelahiran Yang Terlalu Rapat
Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawatnya secara baik.
Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya, baik perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang, jika dalam masa 2 tahun itu ibu sudah hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak akan menjadi berkurang.akan tetapi air susu ibu ( ASI ) yang masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar.
Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti ASI, yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan penghentian pemberian ASI karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke jurang malapetaka yang menderita gizi buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan menyebabkan kematian. Karena alasan inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki gizi juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.
6) Sosial Ekonomi
Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan.
7) Penyakit Infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan makanan.
Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare, infeksi saluran pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan
Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare, infeksi saluran pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan
g. Akibat Gizi yang Tidak Seimbang (Nasution, 1987).
Akibatnya akan mengalami kekurangan Energi dan Protein (KEP). Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein.
a) Makanan yang tersedia kurang mengandung energi.
b) Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan.
c) Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari makanan dalam usus terganggu.
d) Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang tidak diimbangi dengan asupan yang memadai.
• Kekurangan energi dan protein
Hal ini mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan balita terganggu.Gangguan asupan gizi yang bersifat akut menyebabkan anak kurus kering yang disebut dengan wasting. Wasting, yaitu berat badan anak tidak sebanding dengan tinggi badannya. Jika kekurangna ini bersifat menahun ( kronik), artinya sedikit demi sedikit, tetapi dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi kedaan stunting. Stunting , yaitu anak menjadi pendek dan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas anak tidak kurus.
Berdasarkan penampilan yang ditunjukkan, KEP akut derajat berat dapat dibedakan menjadi tiga bentuk.
1) Marasmus
Pada kasus marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya seperti orang tua.Bentuk ini dikarenakan kekurangan energi yang dominan.
2) Kwashiorkor
Anak terlihat gemuk semu akibat edema, yaitu penumpukan cairan di sela- sela sel dalam jaringan. Walaupun terlihat gemuk, tetapi otot-otot tubuhnya mengalami pengurusan ( wasting ). Edema dikarenakan kekurangan asupan protein secara akut ( mendadak ), misalnya karena penyakit infeksi padahal cadangan protein dalam tubuh sudah habis.
3) Marasmik-kwashiorkor
Bentuk ini merupakan kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor. Kejadian ini dikarenakan kebutuhan energi dan protein yang meningkat tidak dapat terpenuhi dari asupannya.
• Obesitas
Timbulnya Obesitas dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya faktor keturunan dan lingkungan. Tentu saja, faktor utama adalah asupan energi yang tidak sesuai dengan penggunaan. Menurut Aven-Hen (1992), obesitas sering ditemui pada anak-anak sebagai berikut :
1) Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol.
2) Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat.
3) Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi.
4) Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika ia berbuat sesuai keinginan orangtua.
5) Anak yang malas untuk beraktivitas fisik.
h. Faktor Pengaturan Makanan Yang Kurang Baik (Beck, 2011).
Berikut ini beberapa upaya untuk mengatasi anak sulit makan (faktor organis, faktor psikologis, atau faktor pengaturan makanan). Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan adalah dengan menyembuhka penyakitnya melalui dokter. Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan.
1) Makanan dibuat dengan resep masakan yang mudah dan praktis sehingga dapat menggugah selera makan anak dan disajikan semenarik mungkin.
2) Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orangtua harus sabar saat memberi makan anak.
3) Upayakan suasana makan menyenangkan , sebaiknya waktu makan disesuaikan denga waktu makan keluarga karena anak punya semangat untuk menghabiskan makanannya dengan makan bersama keluarga (orangtua)
4) Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis makanan sebaiknya dihindari dan ditanamkan pada anak memilih bahan /jenis makanan yang baik.
Jika penyebabnya adalah faktor pengaturan makanan maka dapat dilakukan beberapa hal berikut ini.
1) Diusahakan waktu makan teratur dan makanan diberikan pada saat anak benar-benar lapar dan haus.
2) Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanan tersebut tidak membuat anak menjadi kenyang agar anak tetap mau makan nasi.
3) Untuk membeli makanan jajanan sebagai makanan selingan, sebaiknya didampingi oleh orang tuanya sehingga anak dapat memilih makanan jajanan yang baik dari segi kandungan gizi maupun kebersihannya.
4) Kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan harus diatur disesuaikan dengan kebutuhan/kecukupan gizinya sehingga anak tidak menderita gizi kurang atau gizi lebih.
5) Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak.
i. Menu Makanan Balita (Hada, 2012).
Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Oleh karenanya, pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan.
Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut :
• Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari sebaiknya terdiri atas ketiga golongan bahan makanan tersebut.
• Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan gizi yang diperlukannya secara utuh dalam satu hari.
j. Makanan Selingan Balita
Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan seimbang pada usia ini perlu diterapkan karena akan mempengaruhi kualitaspada usia dewasa sampai lanjut (Hada, 2012).
Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel otak sehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu diperhatikan keseimbangan gizinya sejak janin melalui makanan ibu hamil. Pertum-buhan sel otak akan berhenti pada usia 3-4 tahun(Hada, 2012).
Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan makanan yang telah dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah diterima oleh bayi, dan dikembangkan lagi dengan bahan makanan sesuai makanan keluarga (Hada, 2012).
Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola makan keluarga. Peranan orangtua sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan yang sehat. Seorang ibu dalam hal ini harus mengetahui, mau, dan mampu menerapkan makan yang seimbang atau sehat dalam keluarga karena anak akan meniru perilaku makan dari orangtua dan orang-orang di sekelilingnya dalam keluarga (Hada, 2012).
Makanan selingan tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam di antara makan pokoknya. Makanan selingan dapat membantu jika anak tidak cukup menerima porsi makan karena anak susah makan. Namun, pemberian yang berlebihan pada makanan selingan pun tidak baik karena akan mengganggu nafsu makannya(Hada, 2012).
Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap yaitu sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti arem-arem nasi isi daging sayuran, tahu isi daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran, pizza, dan lain-lain (Hada, 2012).
Fungsi makanan selingan adalah (Hada, 2012) :
1) Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan makanan selingan.
2) Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya (pagi, siang dan malam).
3) Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia balita.
Makanan selingan yang baik dibuat sendiri di rumah sehingga sangat higienis dibandingkan jika dibeli di luar rumah.
Bila terpaksa membeli, sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan dipilih yang lengkap gizi, jangan hanya sumber karbohidrat saja seperti hanya mengandung gula saja. Makanan ini jika diberikan terus-menerus sangat berbahaya. Jika sejak kecil hanya senang yang manis-manis saja maka kebiasaan ini akan dibawa sampai dewasa dan risiko mendapat kegemukan menjadi meningkat. Kegemukan merupakan faktor risiko pada usia yang relatif muda dapat terserang penyakit tertentu (Hada, 2012).
Bila terpaksa membeli, sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan dipilih yang lengkap gizi, jangan hanya sumber karbohidrat saja seperti hanya mengandung gula saja. Makanan ini jika diberikan terus-menerus sangat berbahaya. Jika sejak kecil hanya senang yang manis-manis saja maka kebiasaan ini akan dibawa sampai dewasa dan risiko mendapat kegemukan menjadi meningkat. Kegemukan merupakan faktor risiko pada usia yang relatif muda dapat terserang penyakit tertentu (Hada, 2012).
D. HASIL
1. IDENTITAS ANAK
Nama: Mirza Faiq Hafidz
Tanggal Lahir: 20 Februari 2015
Umur: 2 Tahun 8 Bulan
Jenis Kelamin: Laki-Laki
Nama Ayah: Rujito
Nama Ibu: Era Musitoh
Berat Badan Lahir: 3,2 kg
Berat Badan Sekarang: 10,6 kg
Tinggi Badan Lahir: 57 cm
Tinggi Badan Sekarang: 87 cm
Alamat: Jalan Tuwak RT. 01 RW. II Gonilan
Nomor Telepon: 0822 2521 0332
2. HASIL WAWANCARA
KEBUTUHAN GIZI BALITA
Nama Posyandu : Abadi 1
Alamat Posyandu : Jalan Tuwak, Gonilan, Kartasura
IDENTITAS ANAK
Nama: Mirza Faiq Hafidz
Tanggal Lahir: 20 Februari 2015
Umur: 2 Tahun 8 Bulan
Jenis Kelamin: Laki-Laki
Nama Ayah: Rujito
Nama Ibu: Era Musitoh
Berat Badan Lahir: 3,2 kg
Berat Badan Sekarang: 10,6 kg
Tinggi Badan Lahir: 57 cm
Tinggi Badan Sekarang: 87 cm
Alamat: Jalan Tuwak RT. 01 RW. II Gonilan
Nomor Telepon: 0822 2521 0332
Batas Usia Pemberian Asi Eksklusif: 2 Tahun
Usia Pemberian MPASI: 6 Bulan
Usia Anak Ketika
• Melihat jelas: 35 Hari
• Tengkurap: 4 Bulan
• Merangkak: 6 Bulan
• Berjalan: 15 Bulan
Makanan Selama 24 Jam:
• Susu kemasan kotak
• Nasi goreng dan orak arik telur
• Nasi, oseng kangkung dan ikan goreng
• Air putih
• Pisang
• Snack
*Standar :
• Usia 6 Bulan Tengkurap
• Usia 9 Bulan Duduk Sendiri
• Usia 1 Tahun Berdiri Sendiri
• Usia 15 Bulan Berjalan Sendiri
• Usia 18 Bulan Mengambil Dengan Posisi Bungkuk Tanpa Pegangan
NO
|
PERTANYAAN
|
YA
|
TDK
|
KETERANGAN
|
1
|
Apakah anak mengkonsumsi susu formula?
|
✓
|
Anak menolak dan lebih suka susu kotak kemasan.
| |
2
|
Apakah berat badan anak konstan mengalami kenaikan?
|
✓
|
Pernah mengalami penurunan.
| |
3
|
Apakah anak pernah mengalami infeksi?
|
✓
|
Infeksi pada mata.
| |
4
|
Apakah saat infeksi anak mendapat pengobatan yang tepat?
|
✓
|
Ditangani dokter anak.
| |
5
|
Apakah anak pernah mengalami keterlambatan dalam berbicara?
|
✓
|
-
|
NO
|
UMUR
|
JENIS IMUNISASI DASAR
|
S
|
B
|
KET
|
1
|
0-7 Hari
|
HB 0
|
✓
| ||
2
|
1 Bulan
|
BCG,Polio 1
|
✓
| ||
3
|
2 Bulan
|
DPT/HB 1, Polio 2
|
✓
| ||
4
|
3 Bulan
|
DPT/HB 2, Polio 3
|
✓
| ||
5
|
4 Bulan
|
DPT/HB 3, Polio 4
|
✓
| ||
6
|
9 Bulan
|
Campak
|
✓
|
IMUNISASI DASAR
3. DESKRIPSI
Probandus bernama Faiq ini berusia 3 tahun lebih 1 bulan saat praktikum. Faiq merupakan anak pertama dari ibu Era yang melahirkan pada usia sekitar 30 tahun dan mendapat ASI eksklusif hingga umurnya 2 tahun l3bih 2 bulan dan dalam tumbuh kembangnya, probandus mengalami tumbuh kembang motorik yang dikategorikan cepat dibanding anak pada umumnya seperti duduk, berdiri, merangkak dan beralan.
Namun, pernah mengalami keterlambatan pertumbuhan atau penurunan berat badan akibat infeksi mata yang dialami anak sekitar 3 bulan, yang menyebabkannya tidak nafsu dalam makan. Infeksi tersebut ditangani dengan tepat oleh dokter anak. Bahkan, pada saat praktikum, praktikan melihat bekas infeksi matanya yang terlihat seperti benjolan.
Faiq juga mengalami masalah lain yakni tidak suka mengkonsumsi susu formula, dan justru anak ini mengkonsumsi susu kemasan kotak secara kontinu yang juga diberikan oleh ibu dengan alasan agar anaknya tidak merengek.
4. Dokumentasi
E. PEMBAHASAN
Dalam mengetahui kebutuhan gizi pada balita, salah satu cara pemantauannya kita dapat mengetahui berdasarkan buku KMS di mana buku ini memuat informasi seputar tumbuh kembang anak dari lahir hingga ia balita. Dan dalam melakukan pratikum ini praktikan mengunungi Posyandu untuk melakukan penimbangan, pengukuran dan wawancara seputar tumbuh kembang anak, agar pratikan dapat menilai apakah responden tersebut bernilai gizi sembang atau tidak.
Kartu Menuju Sehat untuk Balita (KMS-Balita) adalah alat yang sederhana dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak agar tidak terjadi kesalahan atau ketidakseimbangan pemberian makan pada anak. KMS-Balita juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan untuk menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak untuk mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatannya.
. KMS balita berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/RS. KMS balita juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tentang kesehatan anaknya.
Berdasarkan KMS pada responden pratikan dengan enis kelamin laki-laki bernama Faiq dengan usia 2 tahun 8 bulan, diketahui bahwa ibu dari responden beberapa kali tidak interaktif untuk memantau gizi anaknya ke posyandu dikarenakan beberapa kolom yang kosong. Terlihat bahwa grafik menunukan garis yang naik turun dan cenderung turun. Berikut merupakan deskripsi gambaran pertumbuhan berdasarkan grafik pertumbuhan anak dalam KMS :
1. Naik (N), grafik berat badan mengalami garis pertumbuhannya karena memotong garis pertumbuhan di atasnya; kenaikan berat badan >800 gr [September-Oktober 2015].
2. Naik (N), grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhan karena memotong garis pertumbuhan di atasnya; kenaikan berat badan >600 gr [Januari 2016].
3. Tidak naik (T), grafik berat badan memotong garis pertumbuhan karena memotong garis pertumbuhan di bawahnya; kenaikan berat badan <500 gr [Januari - Februari 2016].
4. Tidak naik (T), grafik berat badan memotong garis pertumbuhan karena memotong garis pertumbuhan di bawahnya; kenaikan berat badan <300 gr [Mei 2016].
5. Naik (N), grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhan karena memotong garis pertumbuhan di atasnya; kenaikan berat badan >300 gr [Mei - Juni 2016].
6. Tidak naik (T), grafik berat badan memotong garis pertumbuhan karena memotong garis pertumbuhan di bawahnya; kenaikan berat badan <300 gr [Agustus 2016].
7. Naik (N), grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhan karena memotong garis pertumbuhan di atasnya; kenaikan berat badan >200 gr [Agustus - September 2016].
8. Tidak naik (T), grafik berat badan memotong garis pertumbuhan karena memotong garis pertumbuhan di bawahnya; kenaikan berat badan <200 gr [November 2016].
9. Naik (N), grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhan karena memotong garis pertumbuhan di atasnya; kenaikan berat badan >200 gr [November - Desember 2016].
10. Tidak naik (T), grafik berat badan memotong garis pertumbuhan karena memotong garis pertumbuhan di bawahnya; kenaikan berat badan <200 gr [Desember 2016 - Januari 2017].
11. Naik (N), grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhan karena memotong garis pertumbuhan di atasnya; kenaikan berat badan >200 gr [Januari - Februari 2017].
12. Tidak naik (T), grafik berat badan memotong garis pertumbuhan karena memotong garis pertumbuhan di bawahnya; kenaikan berat badan <200 gr [April 2017].
13. Tidak naik (T), grafik berat badan memotong garis pertumbuhan karena memotong garis pertumbuhan di bawahnya; kenaikan berat badan <200 gr [April - Mei 2017].
14. Tidak naik (T), grafik berat badan memotong garis pertumbuhan karena memotong garis pertumbuhan di bawahnya; kenaikan berat badan <200 gr [Mei - Juni 2017].
15. Tidak naik (T), grafik berat badan memotong garis pertumbuhan karena memotong garis pertumbuhan di bawahnya; kenaikan berat badan <200 gr [Juni – Juli 2017].
16. Naik (N), grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhan karena memotong garis pertumbuhan di atasnya; kenaikan berat badan >200 gr [Juli - Agustus 2017].
17. Tidak naik (T), grafik berat badan memotong garis pertumbuhan karena memotong garis pertumbuhan di bawahnya; kenaikan berat badan <200 gr [Agustus - September 2017].
18. Naik (N), grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhan karena memotong garis pertumbuhan di atasnya; kenaikan berat badan >200 gr [September – Oktober 2017].
19. Tidak naik (T), grafik berat badan memotong garis pertumbuhan karena memotong garis pertumbuhan di bawahnya; kenaikan berat badan <200 gr [Oktober – November 2017].
20. Tidak naik (T), grafik berat badan memotong garis pertumbuhan karena memotong garis pertumbuhan di bawahnya; kenaikan berat badan <200 gr [November – Desember 2017].
21. Naik (N), grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhan karena memotong garis pertumbuhan di atasnya; kenaikan berat badan >200 gr [Desember 2017 - Januari 2018].
22. Tidak naik (T), grafik berat badan memotong garis pertumbuhan karena memotong garis pertumbuhan di bawahnya; kenaikan berat badan <200 gr [Februari – Maret 2018].
Adapun berdasarkan deskripsi hasil dari KMS probandus di atas terlihat bahwa perumbuhan dan perkembangan probandus mengalami ketidakstabilan terlihat dari turun-naiknya grafik probandus. Terutama pada bulan Februari 2017 hingga Juli 2017 di mana pada saat itu probandus mengalami infeksi mata, sehingga anak harus mendapatkan perawatan dan hal ini menyebabkan anak kehilangan nafsu makan yang berakibat pada turunnya berat badan anak.
Selain hal di atas, kenaikan grafik yang tidak stabil juga dapat disebabkan karena akses keluarga probandus terhadap air bersih dan lingkungan yang dapat menyebabkan penularan penyakit. Dan ketersediaan air bersih menadi masalah saat musim kemarau tiba.selain itu, faktor penyebab lainnya dapat diakibatkan oleh pratek makan anak yang berhubungan dengan asupan dan tingkat kecukupa gizi yang dikonsumsi anak dimana peran orang tua di sini kurang memperhatikan variasi makanan dan segi kuantitas bahan makanan.
Peran keluarga dan petugas kesehatan sangat dibutuhkan dalam mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan probandus.Apabila probandus tampak lebih lambat dibanding teman sepantarannya, Ibu sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter.dan wajib dibawa ke posyandu atau ke fasilitas kesehatan lainnya setiap bulan untuk diukur dan dipantau perkembangannya. Sehingga kelainan maupun keterlambatan yang mungkin terjadi dapat terdeteksi sedini mungkin.
Manfaat KMS-Balita adalah :
▪ Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI.
▪ Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak.
▪ Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.
KMS – Balita dapat berguna, apabila memperhatikan hal-hal sbb :
▪ Penimbangan dan deteksi tumbuh kembang balita dilakukan setiap bulan
▪ Semua kolom isian diiisi dengan benar
▪ Semua keadaan kesehatan dan gizi anak dicatat
▪ Orang tua selalu memperhatikan catatan dalam KMS-Balita
▪ Kader dan petugas kesehatan selalu memperhatikan hasil penimbangan
▪ Setiap ada gangguan pertumbuhan anak, dicari penyebabnya dan dilakukan tindakan yang sesuai.
▪ Penyuluhan gizi dalam bentuk konseling dilakukan setiap kali anak selesai ditimbang dan hasil penimbangannya dicatat dalam KMS
▪ KMS – Balita disimpan oleh ibu balita dan selalu dibawa setiap mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan/dokter.
Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil penimbangan dicatat di KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini dihubungkan dengan sebuah garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya.
1. Balita naik berat badannya bila :
▪ Garis pertumbuhan-nya naik mengikuti salah satu pita warna ,atau
▪ Garis pertumbuhan-nya naik pindah ke pita warna diatasnya
2. Balita tidak naik berat badannya bila :
▪ Garis pertumbuhan-nya turun, atau
▪ Garis pertumbuhan-nya mendatar, atau
▪ Garis pertumbuhan-nya naik, tetapi pindah ke pita warna dibawahnya
3. Berat badan balita dibawah garis merah : Artinya pertumbuhan balita mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
4. Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak nail (3T), artinya balita mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
5. Balita tumbuh baik bila: Garis berat badan anak naik setiap bulan.
6. Balita sehat, jika : Berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita warna atau pindah ke pita warna diatasnya.
Adapun berdasarkan hasil pemantauan status gizi balita pada WHO yang berdasarkan Tinggi Badan/Umur, diukur bahwa tinggi badan probandus pada perhitungan terakhir adalah 87 cm pada umur 2 tahun 8 bulan. Jika dibandingkan dengan standar dari WHO, maka tinggi badan/umur probandus sudah sesuai (normal) bahkan dapat dikatakan lebih dari rata-rata anak pada seusianya. Dapat terlihat dari titik yang ditandai oleh pratikan pada lembar standar WHO menunukkan titik berada pada antara garis oren dan hiau diatas angka -1, dimana pada angka 0 hingga -2 tergolong normal. Adapun faktor penyebabnya yakni, pemenuhan kebutuhan terutama zat besi dan vitamin yang mendukung tumbuh tinggi anak tercukupi dan hal ini dapat disebabkan karena probandus mengkonsumsi susu secara rutin serta aktivitas fisiknya yang mendukung tumbuh tingginya.
Seorang anak yang lebih pendek ketimbang teman-teman seusianya maka akan mengalami berbagai gangguan pertumbuhan-perkembangan, kemampuan berpikir terhambat, serta rentan terkena berbagai penyakit infeksi. Biasanya, kondisi anak yang pendek ini disebabkan karena asupan gizi selama 1000 hari kehidupannya (2 tahun pertama) tidak terpenuhi dengan baik.
Ketika seorang anak memiliki tubuh yang pendek, maka tandanya asupan gizi yang ia punya tidak cukup untuk membuat tubuhnya tumbuh normal seperti teman-temannya. Jadi, seorang Ibuharus tahu apakah anak memiliki tinggi badan yang ideal atau tidak sehingga membuat kita tahu status gizi dan kesehatannya saat itu.
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertambahan tinggi badan tida seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap permasalahan kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defiensi zat gizi terhadap tinggi badan anak nampak dalam waktuk yang relatif lama.
Sedangkan, jika menilai status gizi probandus yang dilihat dari berat badan menurut umurnya (BB/U) didapatkkan perhitungan terakhir bahwa probandus memiliki bobot tubuh sebesar 10,6 kg pada usia 2 tahun 8 bulan. Jika dibandingkan dengan standar WHO maka, probandus tergolong memiliki status gizi baik namun bawah. Hal ini berarti menjadi alarm atau sebagai pengingat bahwa probandus bisa saa mengalami gizi kurang dimana berat badan probandus tidak mengalami kenaikan berat badan secara konstan dan signifikan. Terlihat pada lembar standar WHO pada titik yang telah ditandai pratikan, titik berada pada anatar garis merah dan hitam dibawah angka -2.
Berat badan kurang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain: faktor genetik/keturunan, ekonomi dan gizi, karakteristik pendidikan orang tua, faktor psikologis seperti gangguan makan, faktor penyakit yang memiliki efek samping penurunan berat badan, serta obat-obatan yang dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan.
Masalah bobot tubuh yang rendah dan kurangnya nutrisi dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh pada anak, rawan infeksi, kekurangan energi, meningkatkan durasi serta tingkat keparahan pada penyakit menular, dan jika tidak segera ditangani dapat menyebabkan kematian. Selain itu, dapat menyebabkan anakberisiko mengalami gangguan perkembangan, sehingga kurang aktif dan sulit untuk berkonsentrasi. Pada akhirnyaanak akan mengalami kesulitan saat belajar dan beraktivitas di sekolah.
Salah satu cara mengetahui kesehatan dan pertumbuhan anak dilakukan dengan memantau hasil penimbangan berat badan setiap bulannya. Di posyandu, hal ini dilakukan dengan menggunakan alat ukur pemantauan KMS atau Kartu Menuju Sehat. Kartu ini antara lain berfungsi sebagai alat bantu pemantauan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Beberapa tanda lain juga bisa dijadikan pedoman untuk mengetahui jika anak memiliki berat badan kurang, diantaranya tulang rusuk anak yang terlihat jelas saat Ibumemandikannya, dan juga ukuran pakaiannya yang tidak bertambah setelah beberapa bulan.
Berdasarkan tindakan ibu terhadap MP-ASI yang diberikan ibu pada usia anak 6 bulan sudah sesuai dengan anjuran. Asi eksklusi selama 6 bulan pun uga sudah dipenuhi oleh ibu. Ibu memberikan MP-ASI pada probandus berupa tim sayur atau buah agar anak dapat dengan mudah memakannya serta agar lancar dalam pengolahan sistem pencernaannya. Namun ada beberapa hal yang diperhatikan dalam pemberian MP-ASI yakni Dalam memilih menu untuk bayi, perhatikan beberapa jenis makanan dan minuman di bawah ini, yang sebaiknya tidak diberikan pada bayi di bawah usia setahun:
▪ Terlalu banyak jus dapat menyebabkan bayi mengalami diare. Jus juga memiliki kandungan serat dan nutrisi yang lebih rendah dibandingkan buah yang dipotong atau dihaluskan. Jika terlalu lama berada dalam mulut, jus juga dapat menyebabkan lubang pada gigi.
▪ Hindari memberikan susu sapi dan madu untuk bayi di bawah satu tahun. Susu sapi tidak sesuai dengan kebutuhan nutrisi bayi dan justru dapat meningkatkan risiko kekurangan zat besi. Sementara, madu dapat menimbulkan botulisme.
▪ Hindari memberikan biji-bijian dan makanan keras yang berukuran kecil seperti popcorn, kacang, atau permen, yang berisiko menyebabkan bayi tersedak. Hindari memberikan makanan cepat saji dan makanan kemasan pada bayi. Lebih baik mengolah masakan sendiri dengan bahan segar tanpa pengawet atau zat tambahan lain. Olahan makanan ini dapat disimpan di lemari pendingin dalam wadah-wadah sesuai porsi, untuk kemudian dipanaskan kembali saat akan dikonsumsi
Sayur dan buah yang dihaluskan, seperti kentang, apel, pisang, avokad, atau melon. Ibu juga dapat memberikan bubur atau nasi yang dihaluskan. Jika bayi sudah terbiasa dengan buah dan sayur, Anda dapat memberikan jenis makanan lain yang dihaluskan, misalnya daging ayam, ikan, roti, atau telur.
Ibu dapat mencoba memperkenalkan cangkir khusus balita kepada anak untuk minum air. Pada cangkir tersebut biasanya terdapat corong kecil pada salah satu sisinya agar bayi dapat belajar menyesap. Sebaiknya Ibu tidak memberikan botol agar bayi tidak lupa kepada bentuk puting (menolak menyusu pada ibunya dan lebih memilih minum dari botol) ketika menyusu.
Berdasarkan KMS, probandus telah melakukan seluruh imunisasi yang tepat pada usianya, seperti imuniasi HB 0, BCG Polio 1 hingga Polio 4 serta Campak. Manfaat fungsi pemberian imunisasi bagi kesehatan anak adalah penting untuk kesehatan serta pertumbuhan perkembangan anaknya berjalan dengan baik serta optimal.
Daya tahan tubuh anak yang belum sempurna, membuat anak sangat mudah untuk tertular penyakit. Hal inilah yang berusaha dicegah dengan pemberian imunisasi. Tubuh anak yang tidak dilindungi oleh imunisasi, akan menyebabkan anak mudah terserang penyakit. Beberapa penyakit menular tersebut bahkan dapat menyebabkan kematian.
MUI dan BPOM sudah mendukung program Imunisasi. Bahkan MUI sudah mengeluarkan fatwa bahwa dalam hal upaya untuk menjaga kesehatan melalui upaya preventif adalah dengan melakukan vaksin imunisasi hal ini bertujuan untuk mencegah berbagai penyakit masuk ke dalam tubuh.
Adapun manfaat penting yang perlu orangtua fahami mengenai imunisasi adalah sebagai berikut :
Adapun manfaat penting yang perlu orangtua fahami mengenai imunisasi adalah sebagai berikut :
• Imunisasi itu dapat merangsang tubuh untuk membentuk system kekebalan,sehingga ketika ada bibit penyakit yang mencoba nenyerang tubuh maka tubuh akan mencoba melawannya secara otomatis.
• Badan penelitian diberbagai negara sudah membuktikan bahwa dengan meningkatkan cakupan imunisasi maka penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dapat berkurang secara bermakna.
• Imunisasi dapat mencegah penyakit-penyakit berbahaya bagi bayi dan balita.
• Dengan imunisasi rutin dan imunisasi serentak diberbagai daerah diindonesia,dapat mencegah mewabahnya penyakit.
Meski imunisasi tidak menjamin 100 persen, tetapi imunisasi dapat memberikan kekebalan tambahan pada tubuh anak. Beberapa imunisasi yang wajib diberikan untuk anak adalah imunisasi polio, BCG, Hepatitis B, DPT, Campak, Hib, PCV, MMR, Tifoid, Influenza, Hepatitis A, dan Varisela. Dengan memberikan imunisasi-imunisasi tersebut, maka Anda telah memberikan hak dan melindungi kesehatan anak sejak dini.
Meski imunisasi tidak menjamin 100 persen, tetapi imunisasi dapat memberikan kekebalan tambahan pada tubuh anak. Beberapa imunisasi yang wajib diberikan untuk anak adalah imunisasi polio, BCG, Hepatitis B, DPT, Campak, Hib, PCV, MMR, Tifoid, Influenza, Hepatitis A, dan Varisela. Dengan memberikan imunisasi-imunisasi tersebut, maka Anda telah memberikan hak dan melindungi kesehatan anak sejak dini.
Tumbuh kembang probandus juga terlihat normal dari mulai melihat jelas, merangkak, hingga berjalan. Probandus tida memiliki hambatan atau masalah alam tumbuh kembangnya, karena dari mulai MP-Asi dan ASI eksklusif yang diberikan sudah sesuai. Adapun faktor yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang pada anak yakni :
1. Faktor Herediter
Faktor herediter merupakan factor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang anak, factor herditer meliputi factor bawaan, jenis kelamin, ras, dan suku bangsa. Pertumbuhan dan perkembangan anak dengan jenis kelamin laki-laki setelah lahir akan cenderung cepat dibandingkan dengan anak perempuan serta akan bertahan sampai usia tertentu. Baik anak laki-laki atau anak perempuan akan mengalami pertumbuhan yang lebih cpat ketika mereka mencapai masa pubertas.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan factor yang memegang peranan penting dalam menentukan tercapai atau tidaknya potensi yang sudah dimiliki. Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan prenatal (yaitu lingkungan dalam kandungan) dan lingkungan postnatal (yaitu lingkungan setelah bayi lahir).
Faktor lingkungan secara garis besar dibagi menjadi :
1) Faktor lingkungan prenatal
• Gizi pada waktu ibu hamil
• Zat kimia atau toksin
• Hormonal
2) Faktor lingkungan postnatal
• Budaya lingkungan. Dalam hal ini adalah budaya dalam masyrakat yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, budaya lingkungan dapat menentukan bagaimana seseorang mempersepsikan pola hidup sehat.
• Status sosial ekonomi. Anak dengan keluaraga yang memiliki sosial ekonoi tinggi umumnya pemenuhan kebutuhan gizinya cukup baik dibandingkan dengan anak dengan sosial ekonomi rendah.
• Nutrisi. Nutrisi menjadi kebutuhan untuk tunbuh dan berkembang selama masa pertumbuhan, dalam nutrisi terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air.
• Iklim dan cuaca. Pada saat musim tertentu kebutuhan gizi dapat dengan mudah diperoleh namun pada saat musim yang lain justru sebaliknya, sebagai contoh pada saat musim kemarau penyediaan air bersih atau sumber makanan sangatlah sulit.
• Olahraga atau latihan fisik. Dapat memacu perkembanagn anak karena dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga suplai oksigen ke seluruh tubu dapat tertur serta dapatmeningkatkan stimulasi perkembangan tulang, otot, dan pertumbuhan sel lainnya
• Posisi anak dalam keluarga. Secara umum anak pertama memiliki kemampuan intelektual lebih menonjol dan cepat berkembang karena sering berinteraksi dengan orang dewasa namun dalam perkembangan motoriknya kadang-kadang terlambat karena tidak ada stimulasi yang biasanya dilakukan saudara kandungnya, sedangkan pada anak kedua atau tengah kecenderungan orang tua yang sudah biasa dalam merawat anak lebih percaya diri sehingga kemamapuan anak untuk berdaptasi lebih cepat dan mudah meski dalm perkembangan intelektual biasanya kurang dibandingkan dengan ank pertamanya.
• Status kesehatan. Apabila anak berada dalam kondisi sehat dan sejahtera maka percepatan untuk tumbuh kembang menjadi sangat mudah dan sebaliknya.contoh apabila anak mempunyai penyakit kronis yang ada pada diri anak maka pencapaian kemampuan untuk maksimal dalam tumbuh kembang akan terhambat karena anak memiliki masa kritis
3. Faktor hormonal
Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anakantara lain hormone somatotropin, tiroid dan glukokortikoid. Hormone somatotropin (growth hormone) berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan dengan menstimulasi terjadinya proliferasi sel kartilgo dan system skeletal, hormone tiroid berperan menstimulasi metabolism tubuh. Hormone glukokortiroid mempunyai fungsi menstimulasi pertumbuhan sel intertisial dari testis (untuk memproduksi testosteron) dan ovarium (untuk memproduksi estrogen), selnjutnya hormone tesebut menstimulasi perkembangan seks, baik pada anak laki-laki maupun perempua yang sesuai dengan peran hormonnya.
LAMPIRAN
F. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dan berdasarkan praktikum yang dilakukan praktikan tentang “Kebutuhan Gizi Dewasa” maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan KMS maka status gizi balita Faiq cukup baik dimana ditunukkan dengan grafik yang masih berada pada daerah berwarna hiau.
2. Status gizi balita Faiq berdasarkan Tinggi Badan/Umur (TB/U) menurut WHO adalah normal bahkan di atas rata-rata anak seusianya. Dapat terlihat dari titik pada lembar standar WHO menunukkan titik
berada pada antara garis oren dan hiau diatas angka -1.
3. Status gizi balita Faiq berdasarkan Berat Badan/Umur (BB/U) menurut WHO adalah cukup baik (hampir kekurangan). Terlihat pada lembar standar WHO pada titik yang telah ditandai pratikan, titik berada pada anatar garis merah dan hitam dibawah angka -2.
4. MP-ASI yang diberikan sesuai serta ASI eksklusif yang pernah diberikan Ibu memenuhi kesimbangan kebutuhan gizi probandus yang menyebabkan tumbuh kembangnya normal.Serta imuniasi yang diberikan pun telah lengkap.
G. DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Widya. (2011). Ilmu Gizi Dalam Keperawatan. Jakarta : Transinfomedia
Beck, M. E. (2011). Ilmu Gizi Dan Diet. Yogyakarta : Andy Yogyakarta
Fajar, Ibnu. Dkk. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta : Egc
Hada, Ismail. (2012). Kebutuhan Energi Dan Protein Pada Manusia. Yogyakarta : Rineka Cipta
Kartasapoetra, G. (1991). Ilmu Gizi, Korelasi Gizi, Kesehatan Dan Produktivitas Kerja. Jakarta : Pt. Rineka Cipta
Nasution. (1987). Energi Dan Zat Gizi . Jakarta : Pt. Gramedia Ikpi
Marmi. (2013). Seimbang Dalam Daur Kehidupan.Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sediaoetama, Achmad Djaeni. (2004). Ilmu Gizi . Jakarta : Pt. Dian Rakyat
Komentar
Posting Komentar