ANGKA MECUKUPAN GIZI

A. JUDUL PRAKTIKUM
ANGKA KECUKUPAN GIZI

B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui cara menghitung kebutuhan energi.
2. Mengetahui cara menghitung kebutuhan protein, lemak dan karbohidrat.

C. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pangan merupakan sumber zat gizi bagi makhluk hidup umumnya manusia, zat gizi merupakan keperluan pokok yang harus dikonsumsi setiap hari. Pangan perlu dikonsumsi secukupnya. Kecukupan energi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, status fisiologis, kegiatan, efek termik, iklim dan adaptasi. Untuk kecukupan protein dipengaruhi oleh faktor-faktor umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, status fisiologi, kualitas protein, tingkat konsumsi energi dan adaptasi.
Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi yang selanjutnya bertindak menyediakan energi bagi tubuh, mengatur proses metabolisme, memperbaiki jaringan tubuh serta untuk pertumbuhan. Tujuan fisiologis adalah upaya untuk memenuhi keinginan makan (rasa lapar) atau untuk memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan psikologis adalah untuk memenuhi kepuasan emosional atau selera, sedangkan tujuan sosiologis adalah untuk memelihara hubungan manusia dalam keluarga dan masyarakat.
Saat ini, di dalam era globalisasi di mana teradi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi permasalahan gizi ganda. Di satu pihak masalah gizi kurang yang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi. Selain itu masalah gizi yang lebih disebabkan oleh kemauan ekonomi pada lapisan masyarkat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi.
Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik nega miskin, negara berkembang dan negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah gizi kurang, hubungan dengan penyakit infekti dan negara maju cenderung dengan masalah gizi berlebih.
Apabila tubuh kekurangan zat gizi, khususnya energi dan protein, pada tahap awal akan meyebabkan rasa lapar dan dalam jangka waktutertentu berat badan akan menurun yang disertai dengan menurunnya produktivitas kerja. Kekurangan zat gizi yang berlanjut akan menyebabkan status gizi kurang dan gizi buruk. Apabila tidak ada perbaikan konsumsi energi dan protein yang mencukupi, pada akhirnya tubuh akan mudah terserang penyakit infeksi yang selanjutnya dapat menyebabkan kematian. Dan sama halnya dengan masalah gizi kurang, masalah gizi berlebih akan menyebabkan penimbunan asupan gizi yang berlebih dibandingkan yang diperlukan oleh tubuh serta dipengaruhi oleh aktivitas tubuh yang kurang dan ika dibiarkan akan menimbulkan obesitas dan sebagai salah satu faktor resiko penyakit degeneratif.
Angka kecukupan protein (AKP) merupakan nilai atau tingkat konsumsi protein seseorang yang dibutuhkan untuk mencegah kehilangan protein agar memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan protein yang digunakan sebagai zat pembangun. Kebutuhan protein dapat diukur atau digunakan setelah kebutuhan energi seseorang terpenuhi. Protein merupakan zat yang dibutuhkan untuk membangun jaringan tubuh dan sangat diperlukan dalam fase pertumbuhan, selain itu protein juga disebut sebagi zat pengatur karena perannya sangat penting dalam sistem jaringan bahkan dalam tingkat sel sekalipun protein memiliki peranan yang sangat penting.
Konsumai makanan dipengaruhi oleh kebiasaan makan dan ketersediaan pangan dalam keluarga. Kebiasaan makan yaitu kegiatan yang berkaitan dengan makanan menurut tradisi setempat, meliputi hal-hal bagaimana pangan diperoleh, apa yang dipilih, bagaimana menyiapkan, siapa yang memakan dan berapa banyak yang dimakan. Oleh karena itu, dalam praktikum ini penting dilakukan untuk melakukan percobaan meneliti kandungan gizi dari beberapa bahan makanan yang dikonsumsi seperti protein, karbohidrat dan lemak serta aktivitas fisik responden sehingga praktikan dapat menghitung energi yang sesuai dengan angka kecukupan gizi yang dikonsumsi responden, untuk mengetahui apakah sudah cukup gizinya.
2. Tinjauan Teori
a) Angka Kecukupan Gizi (AKG)
Kecukupan nilai gizinya rata – rata yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi hampir semua (97,5%) orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin dan fisiologis tertentu. Nilai asupan harian zat gizi yang diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan gizi mencakup 50% orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin dan fisiologis tertentu disebut dengan kebutuhan gizi. Kecukupan energi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, status fisiologis, kegiatan, efek termik, iklim dan adaptasi. Untuk kecukupan protein dipengaruhi oleh faktor-faktor umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, status fisiologi, kualitas protein, tingkat konsumsi energi dan adaptasi (Hada, 2012).
Dari data pada tingkat nasional akan dilakukan kebijakan-kebijakan pangan secara nasional termasuk beberapa pangan yang harus diimport dari negara lain apabila produksi dalam negeri tidak mencukupi kebutuhan (Hada, 2012).
Angka kecukupan gizi (AKG) adalah tingkat konsumsi gizi esensial yang dinilai mampu untuk mencukupi kebutuhan gizi seseorang yang dianggap sehat atau cukup disuatu negara. Angka Kecukupan Gizi untuk orang Indonesia dibuat berdasarkan pada patokan berat badan dan tinggi badan dan dikelompokkan berdasarkan pada umur, gender, dan aktivitas fisik yang ditetapkan secara berkala melalui survey penduduk (Almatsier, 2009).
Angka kecukupan gizi (AKG) berguna sebagai patokan dalam penilaian dan perencanaan konsumsi pangan, serta basis dalam perumusan acuan label gizi. Angka kecukupan gizi mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan Iptek gizi dan ukuran antropometri penduduk. Setelah sekitar sepuluh tahun ditetapkan angka kecukupan energi (AKE) dan kecukupan protein (AKP) bagi penduduk Indonesia, kini saatnya ditinjau ulang dan disempurnakan. Kajian ini bertujuan merumuskan angka kecukupan energi (AKE), kecukupan protein (AKP), kecukupan lemak (AKL), kecukupan karbohidrat (AKK) dan serat makanan (AKS) penduduk Indonesia (Almatsier, 2009).
Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkaan (AKG) atau Recommended Dietary Allowances (RDA) adalah taraf konsumsi zat-zat gizi esensial, yang berdasarkan pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir semua orang sehat. Angka kecukupan gizi adalah banyaknya zat-zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang untuk mempertahankan status gizi adekuat (Almatsier, 2009).
AKG yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat badan untuk masing-masing kelompok umum, gender, aktivitas fisik, dan kondisi fisiologis tertentu seperti kehamilan dan menyusui. Dalam penggunaannya, bila kelompok penduduk yang dihadapi mempunyai rata-rata berat badan yang berbeda dengan patokan yang digunakan, maka perlu dilakukan penyesuaian. Bila berat badan kelompok penduduk tersebut dinilai terlalu kurus, AKG dihitung berdasarkan berat badan idealnya. AKG yang dianjurkan tidak digunakan untuk perorangan  (Almatsier, 2009).
Kecukupan gizi adalah rata-rata asupan gizi harian yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi hampir semua (97,5%) orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin dan fisiologis tertentu. Nilai asupan harian zat gizi yang diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan gizi mencakup 50% orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin dan fisiologis tertentu disebut dengan kebutuhan gizi. Kecukupan energi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, status fisiologis, kegiatan, efek termik, iklim dan adaptasi. Untuk kecukupan protein dipengaruhi oleh faktor-faktor umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, status fisiologi, kualitas protein, tingkat konsumsi energi dan adaptasi (Purba, 2014).
Selain berdasarkan pada kelompok umur, Angka Kecukupan Gizi juga dibuat khusus untuk seseorang yang berkebutuhan khusus seperti ibu yang sedang hamil atau menyusui. Angka Kecukupan Gizi digunakan untuk mengetahui apakah status gizi seseorang itu sudah optimal atau belum, tetapi Angka Kecukupan gizi berbeda dengan Angka Kebutuhan Gizi (Dietary Requirement). Angka Kebutuhan Gizi merupakan banyaknya gizi yang dibutuhkan oleh seseorang untuk mempertahankan status gizinya, sedangkan Angka Kecukupan Gizi merupakan jumlah gizi yang dikonsumsi oleh seseorang untuk mencukupi kebutuhannya (Purba, 2014).
Untuk keperluan di Indonesia hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII tahun 2004 menetapkan tiga standar gizi, yaitu angka kecukupan gizi (AKG), batas atas asupan (UL), dan acuan label gizi (ALG). Angka kecukupan gizi (AKG) adalah nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat setiap hari bagi hampir semua penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis, seperti kehamilan dan menyusui. Konsep kecukupan energi kelompok penduduk adalah nilai rata-rata kebutuhan, sedangkan pada kecukupan protein dan zat gizi lain adalah nilai rata-rata kebutuhan ditambah dengan 2 kali simpangan baku(2 SD) (Purba, 2014).
b) Kegunaan Angka Kecukupan Gizi (AKG)
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan digunakan untuk maksud-maksud sebagai berikut:
1) Merencanakan dan menyediakan suplai pangan untuk penduduk atau kelompok penduduk.
2) Menginterpretasikan data konsumsi makanan perorangan ataupun kelompok.
3) Perencanaan pemberian makanan di institusi, seperti rumah sakit, sekolah,industri/perkantoran, asrama, panti asuhan, panti jompo dan lembaga permasyarakatan.
4) Menetapkan standar bantuan pangan, misalnya untuk keadaan darurat; membantu para gtransmigrasin dan penduduk yang ditimpa bencana alam serta memberi makanan tambahan untuk balita, anak sekolah, dan ibu hamil.
5) Menilai kecukupan persediaan pangan nasional.
6) Merencanakan program penyuluhan gizi.
7) Mengembangkan produk pangan baru di industri.
8) Menetapkan pedoman untuk keperluan labeling gizi pangan. (Almatsier,2009).

c) Angka Kecukupan Gizi Kelompok Khusus
Angka kecukupan gizi untuk kelompok khusus meliputi umur, pekerjaan kondisi hamil dan menyusui. Adapun prinsip dasar AKG untuk masing-masing kelompok adalah sebagai berikut:
1) Umur
Pada usia balita terjadi pertumbuhan dan perkembangan sangat pesat. Karena itu kebutuhan zat gizi tiap satuan berat badan relatif lebih tinggi dari kelompok umur lain.
Contoh :
Kebutuhan energi bayi/balita 100-120 kilo kalori per kilogram berat badan,sedangkan pada orang dewasa 40-50 kilokalori per kilogram berat badan. Kebutuhan protein bayi/balita : 2-2.5 gram/kilogram berat badan. Dari contoh ini terlihat, bahwa makin bertambah umur, kebutuhan zat gizi seseorang relatif lebih rendah untuk tiap kilogram berat badannya.
2) Aktivitas
Kebutuhan zat gizi seseorang ditentukan oleh aktivitas yang dilakukan sehari-hari.Makin berat aktivitas yang dilakukan, kebutuhan zat gizi makin tinggi pula, terutama energy.
Contoh:
Seorang pria dewasa dengan pekerjaaan ringan, membutuhkan energi 2800 kilokalori. bila bekerja berat, ia membutuhkan energi 3600 kilokalori.
3)  Jenis Kelamin
Kebutuhan zat gizi juga berbeda antara laki-laki dan perempuan, terutama pada usia dewasa. Perbedaan ini terutama disebabkan oleh komposisi tubuh dan jenis aktivitasnya.
Contoh:
Laki-laki dewasa dengan aktivitas ringan membutuhkan energi dan protein masing-masing 2800 kilokalori dan 55 gram protein, sedangkan pada wanita dewasa dengan aktvitas ringan membutuhkan 2050 kilokalori dan 48 gram protien. Kebutuhan zat besi pada wanita 2 kali kebutuhan zat besi laki-laki. Perbedaan kebutuhan zat besi ini karena fungsi kodrati yaitu haid.
4)  Kondisi Khusus (hamil dan menyusui)
Pada masa hamil dan menyusui, kebutuhan zat gizi pada wanita meningkat karena disebabkan beberapa hal, antara lain:metabolisme meningkat konsumsi makanan juga meningkat untuk kebutuhan diri sendiri, bayi yang dikandung dan persiapan produksi ASI (Purba, 2014).
d) Angka Kecukupan Gizi Kelompok Lain
Angka kecukupan gizi yang disusun belum mempertimbangkan faktor geografi dan ekologi, sehingga perlu ada penyesuaian untuk keadaan demikian. Terutama yang menyangkut kebutuhan zat gizi mikro.
Contoh :
1) Penduduk di daerah perkotaan dengan tingkat polusi tinggi perlu mengkonsumsi lebih banyak makanan sumber vitamin dan mineral.
2) Seseorang yang sehari-hari bekerja di lingkungan radiasi, kebutuhan semua zat gizi tentu lebih tinggi daripada seseorang yang bekerja di lingkungan tanpa radiasi.
3) Penduduk di daerah pegunungan yang dingin, kecukupan energi, vitamin dan mineral tentu lebih tinggi dari penduduk di daerah pesisir yang panas.\ (Hartono, 2006).

e) Faktor Yang Mempengaruhi Kecukupan Gizi
Di samping kegunaan kecukupan gizi tersebut yang mempunyai beberapa keterbatasan. Kecukupan gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut.
1) Tahap pertumbuhan dan perkembangan tubuh.
2) Ukuran dan komposisi tubuh.
3) Jenis kelamin.
4) Keadaan kesehatan tubuh.
5) Keadaan fisiologis tubuh.
6) Kegiatan fisik.
7) Lingkungan.
8) Mutu makanan.
9) Gaya hidup (Rahayu, 2012).

f) Prinsip Menyusun Menu Seimbang
1) Bahan makanan mempunyai tiga fungsi bagi seseorang, yaitu fungsi biologi, psikologi dan sosial.
2) Makanan dapat dikelompokkan menurut slogan empat sehat lima sempurna menjadi lima golongan, yaitu makanan pokok, lauk pauk, sayur-sayuran, buah dan susu.
3) Pemilihan bahan makanan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : keadaan psikologi, pendidikan, pendapatan, sosial budaya dan geografi
4) Dalam memilih bahan makanan perlu memperhatikan jenis dan tanda kerusakan bahan makanan serta ciri-ciri bahan makanan yang baik
5) Pengertian menu seimbang adalah susunan hidangan beberapa macam makanan yang mengandung energi dan zat gizi secara cukup, baik jenis maupun jumlahnya.
6) Manfaat yang diperoleh dari menyusun menu seimbang adalah kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi; dapat memilih bahan makanan yang baik, dan sesuai dengan keadaan sosial, ekonomi dan budaya; mengurangi kehilangan zat gizi selama penyiapan makanan; serta mengurangi kebosanan akan menu makanan.
7) Dalam merencanakan menu seimbang perlu memperhatikn berbagai faktor, yaitu : kecukupan zat gizi, pemilihan bahan makanan yang baik dan sesuai , serta penyelenggaraan makanan.
8) Proses yang harus dilakukan dalam menyusun menu adalah menentukan kecukupan gizi, menentukan hidangan, penentuan pemilihan bahan makanan, serta pengolahan bahan makanan (Supariasa, 2002).

g) Angka Kecukupan Gizi (AKG) Orang Indonesia
NO
KelompokUmur
BeratBadan
( Kg )
Tinggi Badan
( cm )
Energi
( Kkal )
Protein
( gr )
Anak
1
0 – 6 bl
6
60
550
10
2
7- 12 bl
8,5
71
650
16
3
1 – 3 th
12
90
1000
25
4
4 – 6 th
17
110
1550
39
5
7 – 9 th
25
120
1800
45
Laki  Laki
6
10 – 12 th
35
138
2050
50
7
13 – 15 th
46
150
2400
60
8
16 – 18 th
55
160
2600
65
9
19 – 29 th
56
165
2550
60
10
30 – 49 th
62
165
2350
60
11
50 – 64 th
62
165
2250
60
12
64 + th
62
165
2050
60
Wanita
13
10 – 12 th
37
145
2050
50
14
13 – 15 th
48
153
2350
57
15
16 – 18 th
50
154
2200
50
16
19 – 29 th
52
156
1900
50
17
30 – 49 th
55
156
1800
50
18
50 – 64 th
55
156
1750
50
19
64 + th
55
156
1600
50
Hamil ( +an )
20
Trimester 1


+ 180
+ 17
21
Trimester 2


+ 300
+ 17
22
Trimester 3


+ 300
+ 17
Menyusui ( +an )
23
6 bln pertama


+500
+ 17
24
6 bln kedua


+550
+ 17
(dikutip dari Widyakarya Pangan dan Gizi VI, 1998)

h) Cara Mengukur Angka Kecukupan Gizi
Angka Kecukupan Gizi (AKG) setiap individu akan berbeda sesuai dengan kondisi masing-masing. Untuk mengukur AKG bagi orang dewasa secara cepat, kebutuhan kalori/energi dapat menggunakan rumus sebagai berikut (Supariasa, 2002).:
Jenis Kelamin
Angka Kecukupan Gizi ( AKG )

Ringan
Sedang
Berat
Laki – Laki
1,56 x BMR
1,76 x BMR
2,10 x BMR
Perempuan
1,55 x BMR
1,70 x BMR
2,00 x BMR
Sumber (Supariasa, 2002).
Prinsip untuk menentukan Angka Kecukupan Energi didasarkan pada pengeluaran energi dimana komponen Basal Metabolic Rate (BMR) merupakan komponen utama. Nilai BMR ditentukan oleh berat dan susunan tubuh serta umur dan jenis kelamin. Secara sederhana nilai BMR dapat ditaksir dengan menggunakan rumus regresi linier sebagai berikut (Supariasa, 2002). :
Rumus untuk menaksir nilai BMR(Supariasa, 2002).
Kelompok Umur ( Tahun )
BMR ( kkal/hari )

Laki  laki
Wanita
0 – 3
60,9 BB + 54
61,0 B + 51
3 – 10
22,7 BB + 495
22,5 B + 499
10 – 18
17,5 BB + 651
12,2 B + 746
18 – 30
15,3 BB + 679
14,7 B + 496
30 – 60
11,6 BB + 879
8,7 B + 829
> 60
13,5 BB + 487
10,5 B + 596
Sumber : FAO/WHO/UNU, 1985 (dengan penyesuaian) (dikutip dari Widyakarya Pangan dan Gizi VI, 1998)
Keterangan :
BB = Berat Badan (dapat digunakan actual weight atau BB ideal/norma tergantung tujuan)
Dengan komposisi makanan sehari 60% dari sumber karbohidrat, 20% dari protein dan 20% dari lemak. Kecukupan protein yang dianjurkan adalah 0,8 gram/kgBB/hari. Konsumsi protein yang berlebih dapat membebani fungsi ginjal. Pada kondisi tertentu, seperti gizi buruk atau masa penyembuhan konsumsi protein dapat ditingkatkan antara 1,2 - 1,8 gram/kgBB/hari. Dianjurkan memenuhi kebutuhan protein dari protein nabati dan hewani dengan perbandingan 3:1. Widya Karya Pangan dan Gizi VI tahun 1998, menetapkan AKG bagi orang dewasa secara nasional berdasarkan kebutuhan energi/kalori dari protein, sebagai berikut:
Indikator Tingkat
Konsumsi Tingkat
Persediaan
Energi
2.150 K Kalori
2.500 K Kalori
Protein
46,2 gram
55 gram

(9 gram protein ikan, 6 gram protein hewani lain dan 40 gram protein nabati)
AKG diatas bila kita jabarkan menurut takaran konsumsi makanan sehari pada orang dewasa umur 20-59 tahun, yaitu: nasi/pengganti 4-5 piring, lauk hewani 3-4 potong, lauk nabati 2-4 potong, sayuran 1 ½ - 2 mangkok dan buah-buahan 2-3 potong. Dengan catatan dalam keadaan berat badan ideal (Hartono, 2006).
i) Konsumsi Pangan dan Kecukupan Gizi 
 Konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan, secara tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah upaya untuk memenuhi keinginan makan (rasa lapar) atau untuk memperoleh zat-zat gizi  yang diperlukan tubuh. Tujuan psikologis adalah untuk memenuhi kepuasan emosional  atau selera, sedangkan tujuan sosiologis adalah untuk memelihara hubungan manusia  dalam keluarga dan masyarakat. Konsumsi pangan merupakan faktor  utama untuk memenuhi kebutuhan gizi yang selanjutnya bertindak menyediakan energy bagi tubuh, mengatur proses metabolisme, memperbaiki jaringan tubuh  serta untuk  pertumbuhan (Hartono, 2006).
Konsumsi, jumlah dan jenis pangan dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Harper et al. (1986), faktor-faktor yang sangat mempengaruhi konsumsi pangan adalah jenis, jumlah produksi dan ketersediaan pangan. Untuk tingkat konsumsi (Sedioetama 1996), lebih banyak ditentukan oleh kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi. Kualitas pangan mencerminkan adanya zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh yang terdapat dalam bahan pangan, sedangkan kuantitas pangan mencerminkan jumlah setiap gizi  dalam suatu bahan pangan. Untuk mencapai keadaan gizi yang baik, maka unsur kualitas dan kuantitas harus dapat terpenuhi (Rahayu, 2012).
Apabila tubuh kekurangan zat gizi, khususnya energi dan protein, pada tahap awal akan meyebabkan rasa lapar dan dalam jangka waktu tertentu berat badan akan menurun  yang disertai dengan menurunnya produktivitas kerja. Kekurangan zat gizi yang berlanjut  akan menyebabkan status gizi kurang dan gizi buruk. Apabila tidak ada  perbaikan konsumsi energi dan protein yang mencukupi, pada akhirnya tubuh akan mudah terserang penyakit infeksi yang selanjutnya dapat menyebabkan kematian (Rahayu, 2012).
  Kecukupan gizi adalah rata-rata asupan gizi harian yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi hampir semua (97,5%) orang sehat dalam kelompok umur, jenis  kelamin dan fisiologis tertentu. Nilai asupan harian  zat gizi   yang diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan gizi mencakup 50% orang sehat dalam kelompok umur, jenis  kelamin dan fisiologis tertentu disebut dengan kebutuhan gizi  (Rahayu, 2012).
 Kecukupan energi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin,  ukuran tubuh, status fisiologis, kegiatan, efek termik, iklim dan adaptasi. Untuk  kecukupan protein dipengaruhi oleh faktor-faktor umur, jenis kelamin, ukuran tubuh,  status fisiologi, kualitas protein, tingkat konsumsi energi dan adaptasi (Rahayu, 2012).







D. HASIL
E. PEMBAHASAN
Perhitungan jumlah kebutuhan energi, kebutuhan protein, kebutuhan karbohidrat dan kebutuhan lemak yang dilakukan pada beberapa sampel seperti hasil di atas. Dari sampel tersebut perhitungan dilakukan dengan mendata nama, umur, berat badan, tinggi badan, mengkategorikan aktivitas fisik responden, menghitung kebutuhan energi menggunakan rumus Harris Benedict. 
Perhitungan AKG ini dilakukan pada wanita bernama Afita dengan usia 18 tahun dengan melakukan langkah pertama yakni pengukuran secara langsung dan didapat hasil IMT-nya yakni22,3081. Hal ini jika dicocokkan dan dibandingkan dengan standar pada Kemekes 2003 (dengan standar normal 18,5 – 25,0) maka probandus tergolong normal sedangkan, jika dibandingkan dengan standar WHO (dengan standar 18,50 – 24,99) maka probandus juga tergolong normal.
Praktikum kali ini praktikan diminta untuk menghitung jumlah angka metabolisme basal agar praktikan mengetahui seberapa besar energi yang digunakannya dalam beraktivitas dan seberapa besar kekurangan atau kelebihan energi kegiatan tersebut dengan  energi metebolisme basal.
Pada responden ini, setelah dilakukan perhitungan didapat bahwa ia memiliki angka metabolisme basal (AMB) sebesar 1.441,6 kkaldan kebutuhan kalori sehari yang dibutuhkan sebesar 2.450,72 kkal. Dan dari pratikum tersebut responden berjenis kelamin perempuan bisa jadi dapat mempengaruhi metabolisme basal. Metabolisme basal seorang wanita 5-10% lebih rendah dari pada laki-laki. Hal tersebut dikarenakan komposisi otot pada laki-laki jauh lebih besar daripada perempuan, sehingga pada umumnya akanmemerlukan lebih rendah kalori untuk perempuan.
Zat Gizi
Total (kkal)
AKG (kkal)
Keterangan
Energi
2.450,72 
2.250
Berlebih
Protein
61,268 - 91,902
56
Berlebih
Lemak
27,230 - 68,075
75
Kurang
Karbohidrat
367,608 – 459,51
309
Berlebih

Dan melalui perhitungan juga seperti hasil diatas bahwa kebutuhan protein (gram) 10% responden sebesar 61,268 gram; kebutuhan protein (gram) 15% 91,902 gram; kebutuhan lemak 10% (gram) responden sebesar 27,230 gram; kebutuhan lemak (gram) 25%  68,075 gram; dan kebutuhan karbohidrat (gram) 60% responden sebesar 367,608 gram; kebutuhan karbohidrat (gram) 75% 459,51 gram.
Pengaruh lingkungan tempat tinggal juga akan mempengaruhi jumlah kebutuhan energi perhari karena keadaan geografis seperti wilayah pegunungan yang dingin cenderung membutuhkan energi lebih banyak dibandingkan daerah daratan rendah dengan iklam sejuk hingga hangat karena dalam kondisi dingin tubuh memerlukan energi ekstra yang harus dikonversi menjadi panas tubuh untuk menjaga kestabilan sistem peredaran darah di dalam tubuh dan menjaga suhu organ dalam tubuh dari hipotermia.
Umur juga mempengaruhi metabolisme basal dimana umur yang lebih muda mempunyai metabolisme basal lebih besar dibandingkan yang lebih tua. Semakin beranjak usia, tingkat metabolisme secara umum melambat. Hal ini sebagian karena hilangnya aringan otot, dan uga karena perubahan hormonal dan neurologis(syaraf).
Perhitungan AMB juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu luas permukaan tubuh, jumlah jam tidur, aktivitas, status hamil dan menyusui, hormon, usia, seks, etnis kelamin, demam, lapar, dan status kesehatan. 
Dari hasil yang didapat maka dapat diketahui bahwa apabila konsumsi makanan pada respondentidak seimbang dengan kebutuhan tubuhnya yang seharunya 2.250 kkal. Yang berarti responden terjadi kesalahan gizi yang mencakup mengkonsumsi asupan zat gizi secara berlebih. Dan apabila hal ini terus-menerus dilakukan maka akan menambah berat badan dan membuat responden overweight yang berujung pada penyakit degeneratif. Apabila bobot tubuhnya bertambah maka, kebutuhan energi dan proteinnya pun semakin banyak, begitu pula sebaliknya. 
Dari responden wanita di atas disarankan agar mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang dengan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh, karena terlihat bahwa responden kelebihan mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung protein dan karbohidrat, sedangkan lemak kurang. Dan apabila hal ini dilakukan secara berkelanjutan maka berat badan responden akan tidak ideal dan mengalami kelebihan asupan zat gizi yang dapat menjadi salah satu fator resiko munculnya penyakit degeneratif khusunya yang berhubungan dengan kolestrol, serangan jantung dan diabetes militus.
Maka praktikan menyarankan untuk probandus dengan memulai merubah gaya hidup dengan cara mengendalikan kebiasaan ngemil dan memperhatikan keseimbangan asupan makanan agar tidak mengkonsumsi makanan dengan jumlah kalori yang berlebih, lakukan dengan menerapkan diet rendah kalori seimbang (800-1700 kalori). 
Selain itu, hindari stres yang menyebabkan meningkatnya keinginan untuk makan dan tekan nafsu untuk ngemil dan konsumsi air putih lebih banyak dari biasanya serta meningkatkan aktifitas fisik untuk membakar lemak responden pada kegiatan sehari-hari misalnya saja menggunakan tangga untuk naik turun atau naik satu lantai. Luangkan waktu untuk melakukan olahraga secara teratur sehingga aktivitas tidak sebatas duduk dan berdiri dan mengeluarkan kalori akan meingkat dan aringan lemak akan dioksidasi. 
Lakukan olahraga untuk ketahanan sistem kardiovaskuler, untuk kelenturan sendi, dan latihan yang melibatkan penggunaan otot-otot besar pada tubuh. untuk memaksimalkan aktivitas fisik yang sesuai dengan asupan zat gizi, maka dapat membuat target agar diri dapat termotivasi untuk cepat dalam mencapai tuuan yakni tubuh yang sehat dengan pola hidup yang sehat pula.
Kini saatnya ditinjau ulang dan disempurnakan. Praktikum ini bertujuan merumuskan angka kecukupan energi (AKE), kecukupan protein (AKP), kecukupan lemak (AKL), dan kecukupan karbohidrat (AKK) apakah sudah seimbang atau ada yang harus diperbaiki dari zat gizi responden.
F. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang dilakukan praktikan tentang “Angka Kecukupan Gizi” maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Dari perhitungan rumus menghitung kebutuhan energi, didapatkan hasil responden memerlukan energi sebesar 2.450,72 kkal.
2. Dari perhitungan rumus menghitung kebutuhan protein, didapatkan hasil responden memerlukan protein sebesar 10-15% energi total yakni 61,268 – 91,902 kkal.
3. Dari perhitungan rumus menghitung kebutuhan lemak, didapatkan hasil responden memerlukan lemak sebesar 10-25% energi total yakni 27,230 kkal – 68,075 kkal.
4. Dari perhitungan rumus menghitung kebutuhan karbohidrat, didapatkan hasil responden memerlukan karbohidrat sebesar 60-75% energi total yakni 367,608 – 459,51 kkal.
5. Berdasarkan perbandingan dengan tabel angka kacukupan gizi maka, responden tidak normal atau mengalami kelebihan asupan zat gizi.
6. Responden mengalami kelebihan energi, protein dan karbohidrat sedangkan, untuk lemak respondek kurang.

G. DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. Gizi. (2009). Seimbang dalaam Daur Kehidupan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Hada, Ismail. (2012). Kebutuhan Energi dan Protein pada Manusia. Yogyakarta : Rineka Cipta
Hartono, A. (2006). Terapi Gizi Dan Diet Rumah Sakit. Jakarta : EGC
Purba, Imfrantoni. (2014). Akei Angka Kecukupan Energy Individu. Surabaya :: Papasinar Sinanti
Rahayu, Anastiyani. (2012). Menghitung AKG dan Kebutuhan Cairan Individu dalam Sehari. Jakarta : Gramedia
Supariasa, I Dewa Nyoman. (2002). Penilaian Status GiziJakarta : Kedokteran EGC.
[Kemenkes]. Kementerian Kesehatan. (1998). Widyakarya Pangan dan Gizi VIJakarta : Balai Pustaka

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGUKURAN ANTROPOMETRI : LILA dan IMT

FOOD FREQUENCY QUESTIONAIRE

PENGENALAN ALAT LABORATORIUM DASAR ILMU GIZI